Indeks Nikkei Turun 1,87 Persen

foto: istimewa

Pasardana.id - Indeks Nikkei 225 di Bursa Efek Tokyo, Jepang, mengalami penurunan 423,36 poin, atau sekitar 1,87 persen, pada Senin (15/10/2018), menjadi 22.271,30 yang merupakan angka penutupan terendah sejak 21 Agustus. Indeks Topix juga melemah, merosot 1,6 persen menjadi 1.675,44 yang merupakan angka penutupan terendah dalam tujuh bulan terakhir.

Indeks Nikkei turun setelah beredar kabar bahwa pemerintah Amerika Serikat menginginkan dibuatnya perjanjian untuk mencegah devaluasi mata uang kompetitif dalam setiap kesepakatan perdagangan dengan Jepang.

Nilai tukar yen yang tinggi akan melemahkan daya saing perusahaan otomotif maupun perusahaan manufaktur Jepang lainnya di pasar global, juga mempengaruhi laba yang direpatriasi dari luar Jepang. Nilai tukar dolar AS terhadap yen berada di level 112,07 pada Senin.

“Keinginan pemerintah AS membuat pasar saham menjadi sangat tegang,” jelas Mutsumi Kagawa, chief global strategist Rakuten Securities, seperti dikutip Reuters.

“Sebelumnya peningkatan harga bahan baku telah menimbulkan kekhawatiran. Semakin menguatnya yen akan menjadi ancaman baru bagi perusahaan otomotif maupun perusahaan yang berorientasi ekspor lainnya karena berpengaruh terhadap perolehan laba mereka,” terang Kagawa.

Saham perusahaan otomotif anjlok dengan saham Toyota Motor Corporation dan Honda Motor Company masing-masing melemah 2,4 persen dan 2,6 persen. Saham perusahaan berorientasi ekspor lainnya juga melemah, dengan saham Olympus Corporation dan Daikin Industries masing-masing anjlok 1,7 persen dan 2,3 persen.

Saham SoftBank Corporation terjun bebas 7,3 persen mencapai tingkat terendah sejak awal Agustus lalu dipicu kekhawatiran para investor terhadap hubungan kerja sama yang dimiliki SoftBank dengan Arab Saudi, negara yang saat ini menjadi sorotan dunia setelah terjadinya pembunuhan terhadap wartawan Saudi Jamal Khashoggi yang diduga didalangi pemerintah Saudi.

Saham Ono Pharmaceutical turun 2 persen usai mengumumkan bahwa obat Opdivo yang dikembangkan bersama Bristol-Myers Squibb gagal dalam uji coba tahap akhir sebagai obat untuk menyembuhkan pasien dari kanker paru-paru.