Korsel Diharapkan Segera Bangun Pabrik Petrokimia

foto : ilustrasi industri petrokimia

Pasardana.id - Kementerian Perindustrian (Kemperin) berharap, investasi di bidang industri strategis dapat segera direalisasikan Korea Selatan (Korsel) seperti sektor petrokimia.

Menyikapi hal ini, perusahaan asal Korea Selatan, LG International segera memanfaatkan penggunaan gas di Teluk Bintuni, Papua Barat dan Blok Masela, Maluku.

“LG International dan PT Duta Firza telah sepakat untuk mendirikan industri petrokimia di Indonesia dengan menyerap gas sebagai bahan baku," kata Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartarto di Jakarta, kemarin.

Dijelaskan, LG International akan membangun pabrik petrokimia senilai US$1,3 miliar atau sekitar Rp 17,29 triliun (kurs US$1 = Rp13.300). Pabrik ini ditargetkan memproduksi methanol sebesar 1 juta ton per tahun.

"Proyek mereka akan membutuhkan natural gas mencapai 90 mmscfd dengan ekspektasi harga US$ 1 per mmbtu," ujarnya.

Lebih lanjut Airlangga mengemukakan, potensi pembangunan industri petrokimia di Bintuni didukung dua cadangan gas yang dioperasikan oleh dua perusahaan, BP Tangguh sebesar 23,8 trillion standard cubic feet (TSCF) dan Genting Oil Kasuri Pte, Ltd sebesar 1,7 TSCF.

Area ini bisa menunjang pabrik petrokimia untuk memproduksi komoditas gas alam dalam dua fase. Fase pertama sebesar 257 mmscfd dipasok dari BP Tangguh dan Genting Oil Kasuri Pte, Ltd. Mereka ditargetkan menghasilkan methanol, ethylene, propylene, polyethylene, dan polypropylene pada 2021.

Adapun untuk fase kedua, sebesar 90 mmscfd tahun 2026 dari BP tangguh untuk pabrik ammonia.

Sementara itu, beberapa investor juga ingin membangun industri petrokimia di Bintuni, antara lain; Ferrostaal, Asahi Kasei Chemicals, LG, Mitsui, dan Sojitz.