ANALIS MARKET (09/11/2017) : IHSG Hari Ini Bergerak Mixed Cenderung Negatif
Pasardana.id †Riset harian Kiwoom Sekuritas memperkirakan, indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Kamis (09/11/2017) bergerak mixed cenderung negatif.
Beberapa faktor mendasari prediksi ini, antara lain; Indeks Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq ditutup naik kembali mencetak rekor tertinggi barunya pada Rabu (08/11) malam.
Namun, saham perbankan turun dalam 4 hari berturut-turut setelah kekalahan Partai Republik dalam key elections di New Jersey dan Virginia, yang dikhawatirkan dapat mengancam keberlangsungan program reformasi pajak.
Adapun Indeks Nikkei 225, Kospi, dan All Ordinaries pagi ini dibuka naik. Sementara itu, indikator RSI dan Stochastic pada IHSG memberikan sinyal pembalikan negatif setelah kemarin ditutup turun, dan peluang rebound masih terbatas.
“Sehingga hari ini kami perkirakan IHSG bergerak mixed cenderung negatif,†sebut analis Kiwoom Sekuritas, yang dilansir dari laman resminya, Kamis (09/11/2017).
Lebih lanjut, riset juga menyebutkan beberapa sentimen kebijakan pemerintah dan aksi korporasi dari emiten yang layak dicermati pelaku pasar diperdagangan hari ini, antara lain;
Cigarette Sector
Mulai 1 Juli 2018 Pemerintah akan mengenakan cukai sebesar 57% dari harga jual eceran terhadap e-cigarette, vape, tobacco molasses, snuffing tobacco, dan chewing tobacco, yang dikategorikan sebagai Hasil Pengolahan Tembakau Lainnya (HPTL).
Makroekonomi - BI Hitung ulang proyeksi GDP
Bank Indonesia (BI) melakukan hitung ulang prediksi pertumbuhan ekonomi (GDP growth) tahun ini seiring release data BPS yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi hanya tercatat sebesar 5.06% pada 3Q 2017.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo masih optimistis pertumbuhan ekonomi pada 4Q 2017 akan jauh lebih baik dibandingkan dengan 3Q 2017, didukung pertumbuhan investasi dan konsumsi Pemerintah.
BI memperkirakan stimulus fiskal masih menjadi harapan untuk menggerakan perekonomian domestik pada 4Q 2017, didukung oleh kebijakan moneter dan makro prudensial BI. Tahun ini BI telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 Bps (0.5%).
ASII- Rencana ekspansi
PT Astra International (ASII) melalui anak usahanya PT Astratel Nusantara akan menambah hak konsensi jalan tol sebanyak 147 Km untuk menggenapi target 500 Km jalan tol hingga 2020.
Saat ini perseroan merupakan pemegang saham langsung maupun tidak langsung pada enam badan usaha jalan tol (BUJT) dengan hak konsensi jalan tol sepanjang 353 Km. Perseroan juga saat ini tengah menunggu tawaran resmi dari PT Waskita Karya (WSKT) untuk menjual tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu.
ANTM - Smelter Alumina Antam-Inalum
Proyek Smelter Grade Alumina (SGA) PT. Inalum yang dikerjakan bersama PT. Aneka Tambang (ANTM) dan Aluminium Coorporation of China Ltd (Chalco) baru akan mulai dibangun pada tahun 2019 mendatang, karena saat ini baru memasuki masa Bankable Feasibility Study (BFS) yang membutuhkan waktu 5-6 bulan.
Menelan dana hingga US$ 1.7 Miliar (Rp 22.95 Triliun), pembangunan akan membutuhkan waktu 4 tahun, dan akan memiliki kapasitas 1-2 juta ton SGA per tahun.
SRTG & ADRO - Divestasi saham
PT Saratoga Investama Sedaya (SRTG) menjual kepemilikan 300.53 juta saham di PT Adaro Energy (ADRO) dengan harga jual Rp 1,800 per saham maka SRTG meraih dana Rp 540.95 Miliar dari transaksi ini.
Sebelumnya, SRTG memiliki 1.47 miliar saham (4.62% saham) setelah transaksi ini maka kepemilikan SRTG di ADRO tersisa 1.17 miliar saham (3.68% saham).
Saham yang dijual merupakan kepemilikan langsung SRTG pada ADRO. Selain kepemilikan langsung, SRTG menguasai saham ADRO secara tak lansung melalui PT Adaro Strategic Investment (ASI). SRTG secara efektif telah menanamkan kepemilikan sebesar 26.2% pada ASI.
Adapun ASI merupakan pemilik 43.91% saham ADRO. SRTG mengungkapkan tujuan transaksi ini sehubungan dengan diversifikasi portofolio perusahaan.
RIMO - Kinerja 9M 2017
PT Rimo International Lestari (RIMO) membukukan laba Rp 118.4 Miliar pada 9M 2017 Vs rugi bersih Rp 2 Triliun pada 9M 2016. Naiknya kinerja didukung oleh kenaikan penjualan menjadi Rp 247.1 Miliar pada 9M 2017 Vs Rp 9.2 Miliar pada 9M 2016.
RIMO membukukan laba operasi sebesar Rp 42.7 Miliar Vs rugi operasional Rp 17.7 Miliar pada 9M 2016. RIMO membukukan penghasilan lain-lain sebesar Rp 81.7 Miliar pada 9M 2017 Vs beban lain-lain senilai total Rp 2.03 Triliun pada 9M 2016. RIMO membukukan kerugian atas penurunan nilai persediaan senilai Rp 2.03 Triliun pada 9M 2016.
Tahun ini RIMO membukukan laba atas investasi pada anak perusahaan senilai Rp 62.9 Miliar pada 9M 2017.
WTON - Kontrak baru
PT Wijaya Karya Beton (WTON) mencatatkan perolehan kontrak baru senilai Rp 4.2 Triliun hingga 9M 2017. Pencapian tersebut baru memenuhi 38.1% dari target kontrak baru tahun ini yang ditargetkan Rp 11 Triliun.
Namun Manajemen WTON optimis mampu memenuhi target tahun ini karena sejumlah proyek dapat dibukukan pada 4Q 2017. Pencapaian kontrak baru dari proyek infrastruktur baik pemerintah maupun swasta berkontribusi 59.9% dari perolehan kontrak baru sisanya berasal dari sektor energi sebesar 29.9% dan 6.2% dari pekerjaan industri. Adapun 4% darii sektor properti dan pertambangan.

