ANALIS : Investor Cenderung Menahan Diri

foto : istimewa

Pasardana.id - Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Kamis (4/8/2016) kemarin, masih menunjukkan kecenderungan mengalami kenaikan jelang pengumuman data pertumbuhan ekonomi kuartal II 2016.

Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 5 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 1,7 bps dimana perubahan imbal hasil yang cukup besar terjadi pada Surat Utang Negara dengan tenor pendek dan menengah.

Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek (1-4 tahun) dan menengah (5-7 tahun) mengalami perubahan berkisar antara 1 - 5 bps dengan didorong oleh perubahan harga yang berkisar antara 3 - 25 bps. Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang (di atas 7 tahun) mengalami perubahan berkisar antara  1 - 4 bps dengan didorong oleh perubahan harga yang berkisar antara 5 - 35 bps.

Analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra dalam riset hariannya yang diterima Pasardana.id, Jumat (5/8/2016) mengungkapkan bahwa harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin masih cenderung mengalami penurunan yang didorong oleh pelaku pasar yang melakukan aksi ambil untung di tengah minimnya katalis dari dalam dan luar negeri.

ââÅ¡¬ÃƒÆ’…Investor terlihat cenderung menahan diri untuk melakukan transaksi di pasar sekunder yang tercermin pada volume perdagangan yang tidak begitu besar. Pelaku pasar masih menantikan rilis data pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2016 sebelum kembali melakukan transaksi di pasar sekunder,ââÅ¡¬ jelas I Made.

Selain data ekonomi domestik, lanjut dia, pelaku pasar juga menunggu rilis data sektor tenaga kerja Amerika yang akan disampaikan pada hari Jum'at waktu setempat. Sektor tenaga kerja menjadi perhatian investor mengingat data tersebut menjadi pertimbangan bagi BAnk Sentral Amerika (The FED) untuk mengeluarkan kebijakan moneter, termasuk untuk kembali menaikkan tingkat suku bunga acuannya.

Ditambahkan, seiring dengan masih terbatasnya pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin, turut mempengaruhi terbatasnya perubahan imbal hasil dari Surat Utang Negara seri acuan.

Imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan pada perdagangan kemarin mengalami kenaikan, berkisar antara 1 - 2 untuk keseluruhan seri acuan, masing - masing pada level 6,67% untuk tenor 5 tahun, di level 6,86% untuk tenor 10 tahun, di level 7,20% untuk tenor 15 tahun dan di level 7,31% untuk tenor 20 tahun.

Sementara itu, dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang dollar Amerika, pergerakan imbal hasilnya cukup bervariasi dengan mengalami perubahan imbal hasil yang relatif terbatas. Imbal hasil dari INDO-20 terlihat mengalami penurunan sebesar 1 bps pada level 2,36%. Adapun imbal hasil dari INDO-26 dan INDO-46 meskipun terlihat mengalami kenaikan, namun kenaikannya relatif terbatas di bawah 1 bps, masing - masing di level 3,34% dan 4,45%.

Volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin kembali mengalami penurunan, senilai Rp3,66 triliun dari 40 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan, dimana untuk seri acuan, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp2,27 triliun.

Obligasi Negara seri FR0056 menjadi Surat Utag Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,3 triliun dari 37 kali transaksi dengan harga rata - rata di level 110,85% dengan tingkat imbal hasil sebesar 6,86%. Adapun Obligasi Negara seri FR0072 menjadi Surat Utang Negara yang paling aktif diperdagangkan, sebanyak 93 kali transaksi dengan volume perdagangan sebesar Rp374,75 miliar.

Adapun Sukuk Negara Ritel seri SR007 menjadi Surat Berharga Syariah Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp50,93 miliar dri 14 kali transaksi.

Lebih lanjut diungkapkan, dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan menunjukkan peningkatan, yaitu senilai Rp1,06 triliun dari 30 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan. Obligasi Berkelanjutan III Adira Finance Tahap IV Tahun 2016 Seri A (ADMF03ACN4) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp387 miliar dari 5 kali transaksi. Obligasi dengan peringkat "idAAA" dan akan jatuh tempo pada 6 Agustus 2017 tersebut diperdagangkan pada harga rata - rata 100,03% dengan tingkat imbal hasil sebesar 7,86%.

Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika kembali ditutup dengan pelemahan, sebesar 22,00 pts (0,17%) di level 13143,00 per dollar Amerika. Bergerak cukup berfluktuasi pada kisaran 13127,00 hingga 13174,00 per dollar Amerika, nilai tukar rupiah mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika sepanjang sesi perdagangan.

Sementara itu, nilai tukar mata uang regional terhadap dollar Amerika beregrak cukup bervariasi dengan penguatan nilai tukar terhadap dollar Amerika diantaranya didapati pada Won Korea Selatan (KRW) dan Ringgit Malaysia (MYR). Sedangkan mata uang yang mengalami pelemahan selain rupiah diantaranya adalah Yuan China (CNY) dan Dollar Singapura (SGD).