Imbal Hasil SUN Berdenominasi Dollar Amerika Turun
Pasardana.id - Imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan hari Rabu, 10 Agustus 2016 kemarin masih bergerak dengan kecenderungan mengalami penurunan didukung oleh faktor memudarnya ekpektasi kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika.
Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 - 6 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 3 bps.
Analis obligasi MNC Securities, I Made Adi Saputra kepada Pasardana.id, Kamis (11/8/2016) di Jakarta, mengungkapkan, bahwa penurunan imbal hasil juga didapati pada Surat Utang Negara dengan denominasi dollar Amerika pada perdagangan kemarin seiring dengan semakin turunnya persepsi resiko utang Indonesia yang tercermin pada penurunan angka CDS 5 tahun yang pada perdagangan kemarin berada di level 145,49.
"Sebagian besar Surat Utang Negara dengan denominasi dollar Amerika ditutup dengan penurunan imbal hasil," katanya.
Lebih lanjut dijelaskan, imbal hasil dari INDO-20 ditutup pada level 2,28% mengalami penurunan sebesar 3 bps dibandingkan dengan posisi penutupan sebelumnya. Adapun imbal hasil dari INDO-26 ditutup turun sebesar 6 bps pada level 3,18% didorong oleh kenaikan harga yang sebesar 50 bps dan imbal hasil dari INDO-46 yang ditutup turun sebesar 4 bps pada level 4,30% yang didorong oleh adanya kenaikan harga sebesar 80 bps.
Sementara itu, volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan kemarin terlihat mengalami kenaikan, senilai Rp9,95 triliun dari 42 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan menunjukkan meningkatnya aktivitas transaksi oleh investor.
Adapun untuk seri acuan, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp3,16 triliun. Obligasi Negara seri FR0073 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp1,258 triliun dari 52 kali transaksi dengan harga rata - rata di level 114,18% dan tingkat imbal hasilnya sebesar 7,17%. Sementara itu Obligasi Negara seri FR0056 menjadi Surat Utang Negara yang paling sering diperdagangkan, yaitu sebanyak 58 kali transaksi dengan volume perdagangan sebesar Rp1,256 triliun.
"Adapun Sukuk Negara Ritel seri SR008 menjadi Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp556,10 miliar dari 54 kali transaksi," jelasnya lagi.
Sedangkan dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp517,45 miliar dari 45 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan.
Obligasi Berkelanjutan I Sumber Alfaria Trijaya Tahap II Tahun 2015 Seri A (AMRT01ACN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp80 miliar dari 4 kali transaksi. Obligasi dengan peringkat "AA-(idn)" dan akan jatuh tempo pada 8 Mei 2018 tersebut diperdagangkan pada harga rata - rata 101,01% dengan tingkat imbal hasil sebesar 9,06%.
Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup menguat sebesar 14,00 pts (0,11%) pada level 13113,00 per dollar Amerika seiring dengan melemahnya nilai tukar dollar terhadap sebagian besar mata uang global. Bergerak pada kisaran 13079,00 hingga 13124,00 per dollar Amerika, nilai tukar rupiah mengalami penguatan sepanjang sesi perdagangan.
Penguatan nilai tukar mata uang regional dipimpin oleh Won Korea Selatan (KRW) jelang Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral Korea Selatan diikuti oleh Ringgit Malaysia (MYR) dan Dollar Taiwan (TWD).

