Pasar Obligasi Akan Cenderung Mendatar

foto : istimewa
Pasardana.id - Perdagangan obligasi pada hari ini, Senin (20/6) diperkirakan bergerak mendatar. Penguatan rupiah dan penurunan BI Rate akan menopang harga obligasi, namun lelang surat utang negara esok akan menjadi penahan laju obligasi.

"Pagi ini pasar obligasi di buka menguat dengan potensi flat hingga menguat terbatas. Adanya lelang Pemerintah esok hari, akan menjadi penahan obligasi untuk menguat," jelas Kepala Pendapatan Tetap PT Indomitra Securities, Maximilianus Nicodemus, kepada Pasardana.id, Senin (20/6/2016).

Sisi positif datang dari Rupiah yang di buka 13.275, di ikuti dengan harga minyak yang di buka di $48.29 per barel.

"Naiknya harga minyak dan menguatnya nilai Rupiah tentu akan menjadi sisi positif bagi penguatan harga obligasi. Di wilayah Asia, Dollar juga terlihat melemah dengan mata uang Asia lainnya. Pagi ini para pelaku pasar dan investor akan cenderung menanti lelang yang di adakan esok hari, pemotongan BI rate akan menjadi katalis positif bagi lelang esok hari," imbuhnya.
Berikut ini beberapa berita Obligasi yang diperkirakan bisa mempengaruhi pasar.
Berita Obligasi Global
US Housing Starts turun dari sebelumnya 1.167.000 menjadi 1.164.000. MoM turun dari sebelumnya 4.9% menjadi -0.3%.
US Building Permits naik dari sebelumnya 1.130.000 menjadi 1.138.000. MoM turun dari sebelumnya 4.9% menjadi 0.7%.
Euro Labour Costs YoY naik dari sebelumnya 1.3% menjadi 1.7%.
Japan Trade Balance turun dari sebelumnya ¥823.2b menjadi ¥40,7 miliar.

Japan Exports YoY turun dari sebelumnya -10.1 menjadi -11.3. Imports YoY naik dari sebelumnya -23.3 menjadi -13.8.
England Rightmove House Prices MoM naik dari sebelumnya 0.4% menjadi 0.8%. YoY turun dari sebelumnya 7.8% menjadi 5.5%.

Berita Obligasi Domestik
Dana Repatriasi dari kebijakan Tax Amnesty akan didorong masuk ke sektor riil, salah satunya proyek infrastruktur baik pemerintah atau swasta, melalui instrumen investasi berupa obligasi.
Pemerintah akan mengadakan lelang Surat Utang Negara pada hari Selasa, 21 Juni 2016 dengan target indikatif Rp 12 triliun, dan target maksimal Rp 18 triliun.