Dollar Melambung Tinggi, Pendapatan "Inbound Traveler" PANS Meningkat

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Pendapatan bersih PT Panorama Sentrawisata Tbk (PANS) dari Inbound Traveler (kunjungan turis asing ke dalam negeri) meningkat sedangkan Outbound Traveler (paket wisata ke luar negeri) relatif stagnan.

Anjloknya nilai tukar rupiah sejak tiga tahun belakangan dari level 9.000-an per dollar menjadi 13.000 menjadi penyebab kunjungan turis domestik ke luar menurun.

Sebaliknya, turis asing yang melakukan kunjungan ke dalam negeri meningkat karena ongkos wisata ke Indonesia menjadi lebih murah.

Dalam enam bulan pertama tahun ini, Inbound Pillar PANS tumbuh secara signifikan sebesar 63,1% YoY menjadi Rp92,1 miliar.

PT Destinasi Tirta Nusantara Tbk, anak perusahaan, sebagai pilar Inbound PANR, melaporkan inbound travelers sebanyak 115.116 pax pada tahun 2015, tumbuh sebesar 2,56% YoY dari 112.188 pax.

Eropa masih berkontribusi paling besar dengan persentase pangsa sekitar 50%, diikuti oleh Asia 43%, Amerika 3%.

Untuk mendapatkan manfaat pembangunan di bidang pariwisata domestik, perusahaan mengembangkan bus tur mewah, memperkuat layanan, dan jaringan pasar di Eropa untuk memperkuat bisnis inbound, yang menargetkan 0,23 juta wisatawan asing pada tahun 2016.

Juga, dengan mengakuisisi 80% saham PT Buaya Travel Indonesia (dikenal sebagai Asia World Indonesia), PANR menargetkan untuk memperbesar volume pemesanan klien dari Amerika Utara dan Eropa Utara.

PT Buaya Travel Indonesia merupakan sebuah perusahaan inbound yang mendatangkan wisatawan manca negara asal Eropa, Amerika dan India, yang ikut menopang peningkatan penjualan di pilar inbound.

"Pada semester pertama 2016, kami melihat inbound travelers tumbuh 5,94% YoY menjadi 2,62 juta wisatawan, sedikit lebih tinggi dari 4,08% YoY yang dilaporkan di semester pertama tahun lalu," jelas analis PT Pemeringkat Efek Indonesia, Ahmad Nasrudin kepada Pasardana.id, Senin (20/6/2016).

Singapura dan China menyumbang 14,0% dan 17,4%, sedangkan persentase wisatawan dari Malaysia dan Australia masing-masing adalah 11,7% dan 10,9%.

Dari kinerja historis, di antara negara-negara tersebut, China telah tumbuh lebih cepat dalam setengah dekade terakhir dengan CAGR 18%, ketika yang lain melaporkan satu digit pertumbuhan.

"Kami mengharapkan pertumbuan tinggi wisatawan inbound berlanjut sampai akhir 2016, yang diproyeksikan mencapai 12 juta wisatawan asing sebagaimana sasaran pemerintah," jelasnya.

Adapun wisatawan outbound relatif stagnan sejak 2014 sejalan dengan fundamental makroekonomi domestik yang melemah. Pada 2015, jumlahnya hanya tumbuh sebesar 1,3% menjadi 8,35 juta wisatawan.

Depresiasi rupiah membuat biaya perjalanan ke laur negeri menjadi lebih mahal. Tetapi jika menarik kembali periode pengamatan yang lebih panjang, wisatawan outbound telah tumbuh dengan CAGR (compound annual growth rate) 5,8% dalam satu dekade terakhir. Sekitar 83% adalah untuk pariwisata rekreasi, sedangkan 17% adalah perjalanan bisnis.

Singapura, Malaysia, dan Arab Saudi berada di antara Top-3, mencakup sekitar setengah dari perjalanan masyarakat Indonesia.

Pada tahun 2016, apresiasi rupiah dan melemahnya harga minyak telah membuat biaya perjalanan lebih terjangkau, dengan dukungan dari ekonomi domestik yang membaik akan meningkatkan outbund traveler.