Wall Street Melemah Setelah Kekhawatiran 'Brexit' Berlanjut
Pasardana.id - Wall Street melemah pada Rabu (15/6/2016), untuk lima sesi beruntun, setelah Federal Reserve Amerika Serikat tak mengubah suku bunga dan para investor memiliki kekhawatiran terhadap hasil referendum di Inggris yang menentukan apakah negara tersebut terus berada di Uni Eropa atau menanggalkan keanggotaan alias 'Brexit'.
Seperti dilaporkan Reuters, indeks-indeks utama di Bursa Efek New York, AS, mengalami peningkatan pada sebagian besar sesi, tapi kemudian berakhir dengan pelemahan.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,2 persen sehingga berakhir pada level 17.640,17. Indeks S&P 500 melemah 0,18 persen, ditutup 2.071,50. Indeks komposit Nasdaq turun 0,18 persen menjadi 4.834,93.
Dalam sepekan, indeks S&P 500 turun 2,2 persen, terutama disebabkan kekhawatiran bila Inggris keluar dari Uni Eropa, maka resesi akan melanda Eropa. Penurunan indeks S&P 500 dalam lima sesi terakhir menyamai penurunan serupa pada Februari lalu.
Sekitar 6,8 miliar saham ditransaksikan pada Rabu, menyamai rata-rata 20 sesi terakhir, menurut data Thomson Reuters. Enam dari 10 sektor utama S&P turun, dipicu penurunan indeks utilitas sebesar 0,71 persen.
Saham Intel turun 1,65 persen dan menjadi penyebab terbesar penurunan indeks S&P 500. Sejauh ini di tahun 2016, indeks S&P 500 naik 1 persen. Saham yang naik melebihi yang turun, 1833 berbanding 1189. Sedangkan di Nasdaq, 1536 saham naik dan 1271 turun.
Bank sentral AS tak hanya menunda peningkatan suku bunga, The Fed pun telah menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi dan mengisyaratkan dua kali peningkatan suku bunga tahun ini. Pihak The Fed juga menyebut kemungkinan terjadinya 'Brexit' menjadi salah satu bahasan utama dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang berakhir Rabu.
"Hal itu tentunya menjadi salah satu ketidakpastian yang kami diskusikan dan menjadi faktor penting dalam keputusan hari ini," kata pimpinan The Fed Janet Yellen dalam konferensi pers.
Indeks volatilitas pasar CBOE, yang menunjukkan 'level kekhawatiran' Wall Street, turun 1,8 persen namun tetap di level yang meningkat dalam tiga bulan terakhir.
"Pengumuman FOMC ini benar-benar menunjukkan bahwa AS bukanlah sebuah pulau terisolir, dan perekonomian dan pasar global saat ini telah sangat terkoneksi dalam tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Peter Kenny, Senior Market Strategist Global Markets Advisory Group di Berkeley Heights, New Jersey.

