Penjualan Merosot, Renuka Coalindo Rugi US$1,465 Juta pada 2015

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Bisnis pertambangan batubara di dalam negeri tampak suram sepanjang tahun 2015. Ini akibat produksi dan pasokan batubara yang melampaui permintaan konsumen.

Hal tersebut menyebabkan harga jual batubara anjlok tajam. Banyak emiten batubara di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang 'gigit jari' karena pendapatan usaha merosot tajam.

Tidak sedikit pula emiten BEI yang menderita kerugian yang signifikan sepanjang tahun 2015.

PT Renuka Coalindo Tbk (SQMI) misalnya, adalah salah satu emiten batubara yang bernasib kurang beruntung. Betapa tidak, perseroan merugi US$1,465 juta (US$0,00486 per saham) pada tahun 2015.

Padahal, di periode yang sama tahun 2014, SQMI masih membukukan laba sebesar US$187.034 (US$0,00062 per saham). Kerugian tersebut, antara lain disebabkan oleh merosotnya penjualan dan peningkatan beban operasi SQMI.

Dari laporan keuangan SQMI tahun 2015 yang dipublikasikan Bursa Efek Indonesia, Selasa (2/2) disebutkan,penjualan emiten pertambangan dan perdagangan batubara tersebut mencapai US$4,960 juta, merosot 54,8% dari US$10,975 juta pada 2014.

Seiring penjualan, beski beban pokok penjualan berkurang sebesar 46,43% menjadi US$5,504 juta. Akan tetapi, SQMI justru mencatatkan rugi kotor sebesar US$544.200 dibandingkan laba kotor US$701.145 pada 2014.

Rugi usaha SQMI mencapai US$1,769 juta. Ini disebabkan oleh kenaikan beban lain-lain 2.995,97%, yaitu dari US$27.028 menjadi US$836.780. Padahal pada 2014, SQMI mencatat laba usaha US$244.748.

Di sisi lain, beban keuangan emiten pertambangan dan perdagangan batubara beraset US$15,619 juta pada 2015 itu bertambah 3,55% menjadi US$7.166. Hal tersebut mengakibatkan SQMI menderita rugi sebelum pajak sebesar US$1,776 juta pada tahun 2015. Pada 2014, perseroan membukukan laba sebelum pajak sebesar US$237.828.