ANALIS : Indeks Cenderung Melemah Terbatas

foto : istimewa

Pasardana.id - Pada perdagangan hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan mengalami konsolidasi dengan kecenderungan melemah terbatas dan cenderung ditopang oleh sektor komoditas, mengingat harga minyak dunia dan komoditas lainnya mengalami penguatan.

"Investor harus tetap mewaspadai pengaruh dari penurunan EIDO. IHSG diperkirakan bergerak pada range harga 5,100 - 5,150," kata Research & Analyst PT Corfina Capital, Putu Wahyu Suryawan kepada Pasardana.id di Jakarta, Selasa (22/11/2016).

Lebih lanjut Putu menjelaskan, kebijakan Donald Trump yang memproteksi perekonomian Amerika Serikat dari perdagangan global dan lebih fokus dengan perekonomian dalam negeri, secara relatif berdampak negatif terhadap perekonomian negara Emerging Market, khususnya Indonesia.

Hal tersebut dikarenakan Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor dengan komposisi cukup besar bagi Indonesia. Dampak tersebut tercermin dari Indeks EIDO yang justru mengalami pelemahan disaat Bursa Wall Street mencapai rekor tertinggi sejak tahun 1999, karena kebijakan Donald Trump diperkirakan baik untuk perekonomian dalam negeri Amerika Serikat, namun berdampak kurang baik bagi negara Emerging Market di dunia.

Selain sentiment global diatas, dari dalam negeri, menurut Putu, Indonesia mengalami kondisi perekonomian yang tidak terlalu mulus di akhir tahun 2016. Mulai dari realisasi cukai yang hanya sebesar 64% atau sebesar Rp 116 Triliun dari target realistis pemerintah yang sebesar Rp 181 Triliun, Defisit APBN-P yang sebesar 2.7% terhadap PDB, Belanja Modal yang baru mencapai 47.7% dari target atau sebesar Rp 98 Triliun.

"Pada intinya di akhir tahun 2016, pemerintah lebih berusaha untuk memenuhi kebutuhan likuiditas untuk mencapai pertumbuhan ekonomi pada level 5%," terang Putu.

Ditambahkan, kondisi politik juga cenderung tidak terlalu kondusif, mengingat aksi damai yang dilakukan oleh masyarakat untuk menuntut penindakan hukum dari calon gubernur petahana DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama terkait dugaan penistaan agama.

Selain itu, isu rush money yang terus ditindaklanjuti oleh pemerintah dan dianggap sebagai tindakan melanggar hukum karena cenderung merugikan negara.

Dari lantai bursa, Putu juga mengungkapkan bahwa investor asing terus melakukan aksi jual, dan pada peradagangan kemarin Senin, 21 November 2016, Investor Asing mencatatkan net sell sebesar Rp 141.5 Milyar.

"Secara Akumulasi, sejak angka tertinggi pada 26 Agustus 2016, Investor Asing telah mencatatkan akumulasi net sell sebesar Rp 14.1 Triliun," ujarnya.

Hal tersebut, terang Putu, lebih dipengaruhi faktor profit taking sejak awal tahun, terpilihnya Presiden baru Amerika Serikat dan optimistis kenaikan suku bunga The Fed pada bulan Desember 2016.

"Pemerintah diharapkan terus menjaga stabilisasi perekonomian Indonesia, sehingga mampu menahan derasnya capital outflow," tandasnya.