Beban Kurs Melonjak 3.417%, Bakrie & Brothers Rugi Rp604,46 Miliar

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat hingga mencapai Rp14.500 per US$ telah berdampak negatif atas kinerja keuangan PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) selama sembilan bulan 2015.

Selain itu, perlambatan ekonomi domestik juga turut menggajal pertumbuhan keuangan BNBR. Bahkan rugi selisih kurs yang melonjak 3.417% membuat BNBR menderita kerugian signifikan selama Januari-September 2015.

Kemerosotan kinerja keuangan ini terungkap dari laporan keuangan BNBR per September 2015 yang dipublikasikan Bursa Efek Indonesia, Rabu (2/12).

Tercatat, BNBR menderita kerugian sebesar Rp604,46 miliar selama Januari-September 2015. Padahal di periode sama 2014, BNBR masih membukukan laba sebesar Rp20,43 miliar.

Kerugian tersebut, antara lain dipicu oleh peningkatan rugi selisih kurs BNBR hingga 3.417,65%, yaitu dari Rp33,715 miliar menjadi Rp1,196 triliun per September 2015.

Kenaikan beban kurs mengakibatkan BNBR menderita rugi sebelum pajak Rp514,77 miliar. Di periode sama 2014, BNBR mencatat laba sebelum pajak Rp168,792 miliar.

Di samping rugi selisih kurs, pendapatan emiten beraset Rp10,75 triliun per September 2015 itu juga anjlok 12% menjadi Rp4,17 triliun per September 2015, dari Rp4,74 triliun per September 2014.

Penurunan pendapatan tersebut diikuti dengan peningkatan beban sebesar 2,5%, yaitu dari Rp4,574 triliun menjadi Rp4,687 triliun per September 2015. Hal ini membuat manajemen BNBR kesulitan menghambat penurunan kinerja keuangan.

Bahkan kinerja keuangan perseroan yang memburuk turut berimbas negatif terhadap harga saham BNBR. Hingga pukul 15.12 WIB, saham BNBR terpantau di Rp50 per unit, tidak berubah dibanding harga penutupan sehari sebelumnya.

Saham BNMR tergolong saham 'tidur' karena jarang ditransaksikan oleh investor di Bursa Efek Indonesia.