Terimbas Beban Operasi, Laba Arwana Citramulia Anjlok 73,3%
Pasardana.id - Kinerja keuangan PT Arwana Citramulia Tbk (IDX: ARNA) cenderung turun selama sembilan bulan pertama 2015. Penurunan kinerja emiten keramik dan porselin tersebut antara lain disebabkan oleh kemerosotan penjualan, peningkatan beban operasi, serta rugi selisih kurs.
Depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang sempat mencapai Rp17.000 per US$ secara langsung ikut mengganjal pertumbuhan penjualan maupun laba ARNA.
Kenyataan tersebut terungkap pada laporan keuangan ARNA per September 2015 yang dipublikasikan, Rabu (25/11). Disebutkan, laba ARNA anjlok 73,3% menjadi Rp53,09 miliar (Rp7,23 per saham) per September 2015, dari Rp198,58 miliar (Rp27,05 per saham) per September 2014.
Penurunan laba produsen keramik ini dipicu penjualan merosot 22,3%, yaitu dari Rp1,189 triliun per September 2014 menjadi Rp920 miliar.
Selain penjualan yang turun, perseroan juga masih harus menanggung rugi selisih kurs sebesar Rp14,39 miliar per September 2015. Adapun beban penjualan ARNA naik 9,12% menjadi Rp97,53 miliar. Hal ini mengakibatkan laba usaha emiten beraset Rp1,39 triliun per September 2015 itu merosot 71,74%, dari Rp268,67 miliar menjadi Rp75,92 miliar.
Per September 2015, pendapatan keuangan ARNA juga turun 23% jadi Rp1,60 miliar. Adapun beban keuangan ARNA naik 22,86% menjadi Rp5,59 miliar.
Hal ini mengakibatkan laba sebelum pajak emiten yang 25,28% sahamnya dimiliki oleh HSBC-Fund Services Clients itu turun 73%, dari Rp266,20 miliar menjadi Rp71,94 miliar.
Seiring kemerosotan kinerja keuangan, harga saham ARNA di Bursa Efek Indonesia (BEI) pun ikut 'terjun bebas' pada tahun ini.
Pada periode 2 Januari 2015 sampai dengan 24 November 2015, harga saham ARNA telah turun 53%, dari Rp870 per unit menjadi Rp408 per unit. Kendati harga turun, likuiditas saham ARNA di BEI cukup baik.

