Tiga Langkah Strategis Ini Bisa Wujudkan Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia. Apa Saja?

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Indonesia memiliki geo-position yang sangat strategis dimana menghubungkan Asia dan Australia, serta benua lain di dunia. Dengan kondisi ini, Indonesia sesungguhnya dapat menjadi poros maritim dunia.  

Namun sayangnya, Indonesia tidak pernah memiliki strategi yang piawai untuk memanfaatkan keunggulan ini demi kemakmuran negeri.

Demikian diungkapkan pengamat ekonomi Universitas Sam Ratulangi Manad, Agus Tony Poputra dalam siaran pers yang diterima Pasardana.id, Minggu (29/10).

“Sejak negara ini berdiri, Neraca Perdagangan Jasa selalu mengalami defisit. Penyebab dominan defisit tersebut adalah kegiatan transportasi yang menjadi tulang punggung ekonomi kemaritiman. Kegiatan perkapalan, baik skala internasional maupun nasional yang dikelola BUMN telah berguguran. Demikian juga yang dimiliki swasta nasional. Ini menyebabkan sistem logistik Indonesia sangat tergantung pada jasa transportasi asing," terang Agus.

Lebih lanjut dijelaskan, walaupun realisasinya masih tersendat, gagasan Pemerintah Jokowi-JK untuk membentuk Tol Laut merupakan suatu langkah awal yang baik. Namun itu belum cukup untuk menciptakan Indonesia menjadi poros maritim dunia.

“Dibutuhkan rencana yang lebih komprehensif yang menyentuh komponen-komponen yang ada dalam ekonomi kemaritiman, terutama logistik dan transportasi laut," ujar Agus.

Lebih rinci diungkapkan, langkah strategis yang pertama, yaitu; membentuk kembali BUMN pelayaran internasional dan nasional yang dimodali secara mencukupi serta dikelola oleh tenaga-tenaga professional.

Selain itu, pihak swasta nasional juga didorong melakukan hal yang sama. Rencana itu perlu didukung dengan kebijakan yang memberi prioritas pada perusahaan-perusahaan tersebut tanpa membuat mereka manja sehingga tidak memiliki daya saing. Dengan demikian, dapat memperbaiki geo-strategy Indonesia serta menghemat devisa.

Langkah Kedua, lanjut Agus, yaitu membangun dan memperkuat BUMN yang bergerak dalam industri galangan kapal agar mengurangi ketergantungan pasokan armada kapal dari luar negeri.

Hal ini juga dapat membuka lapangan kerja baru serta menghemat devisa. Pembentukan BUMN strategis semacam ini sangat bermanfaat karena sesuai dengan kebutuhan dasar bangsa ini ketimbang memelihara banyak BUMN yang kurang memiliki nilai strategis bagi kepentingan negara.

Ketiga, membangun dan memperkuat 3 International Hub Port (IHP) yang menjadi pintu masuk dan keluar Indonesia.

“Di wilayah barat, diperlukan IHP di Sumatera Utara sebagai gerbang ke Asia Selatan, Timur Tengah, Eropa, dan Afrika. Di wilayah tengah, Sulawesi Utara merupakan lokasi tepat untuk melayani Asia Timur. Selanjutnya di timur, wilayah Maluku bagian Selatan merupakan gerbang untuk Ke Australia, Papua Nugini, Selandia Baru, bahkan ke pantai barat Amerika," terang dia. 

Ditambahkan, strategi menyangkut IHP perlu didukung kebijakan pengaturan arus barang masuk-keluar. Sebagai contoh, jika perusahaan di Jawa akan mengekspor dan mengimpor barang ke dan dari Asia Timur, maka harus melalui IHP di Sulawesi Utara. Sedangkan yang berhubungan dengan Eropa melalui IHP di Sumatera Utara.

Dengan kebijakan seperti ini, tidak ada masalah jika barang ekspor di daerah-daerah yang memiliki IHP terbatas sebab akan ditutup oleh barang dari daerah lain di Indonesia. Seperti halnya Singapura yang tidak memiliki barang ekspor-impor yang memadai namun memiliki IHP yang sangat sibuk di dunia karena dipasok dari Indonesia dan negara-negara tetangga.

“Dengan perencanaan yang komprehensif seperti ini, maka Indonesia dapat memanfaatkan posisi strategisnya untuk mewujudkan negara ini sebagai Poros Maritim Dunia. Pada gilirannya dapat mendatangkan kemakmuran bagi seluruh rakyat," tandas Agus.