RI Berpotensi Terus Memperbesar Ekspor Air dan Minuman Non Akohol

foto: dok. Kemenkeu

Pasardana.id - Kinerja ekspor air dan minuman tanpa alkohol (HS code 2201 - 2202) Indonesia mencatatkan lonjakan signifikan pada tahun 2024.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor produk dalam kategori HS 2201-2202 tersebut menembus angka US$164,21 juta.

Angka itu tumbuh 34,36% dibandingkan capaian tahun sebelumnya yang sebesar US$122,21 juta.

Tak hanya dari sisi nilai, volume ekspor juga menunjukkan penguatan yang solid mencapai 323,55 ribu ton, meningkat 27,95% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Lebih lanjut, Filipina menjadi pasar terbesar dengan kontribusi 23,61% terhadap total ekspor tahun 2024, atau setara US$38,77 juta, diikuti oleh Vietnam (12,76% setara US$20,96 juta), Singapura (9,96% setara US$16,35 juta), Malaysia (8,57% setara US$14,08 juta) dan Timor Leste (7,23% setara US$11,87 juta).

Sementara itu pada Januari-April 2025, nilai ekspor bahkan mencapai US$77,47 juta dan volume mencapai 143,26 ribu ton atau meningkat masing-masing 73,45% yoy untuk nilai dan 71,16% yoy untuk volume.

Capaian ini menandai momentum bagi sektor minuman non alkohol nasional untuk terus menguat di pasar global.

Pertumbuhan ekspor kumulatif Januari-April 2025 ini utamanya didorong oleh peningkatan ekspor ke sejumlah negara mitra utama, seperti Filipina, Thailand, Vietnam, Malaysia dan Timor Leste.

Menanggapi data itu, Senior Economist LPEI, Donda Sarah optimistis tren pertumbuhan positif ini masih akan berlanjut pada beberapa tahun mendatang, didorong oleh permintaan yang masih kuat dari negara-negara mitra dagang.

"Di tengah sejumlah tantangan berupa persaingan dengan negara eksportir lain, perubahan cepat preferensi konsumen, serta kondisi makroekonomi global yang penuh ketidakpastian, peluang untuk berinovasi dan memperluas pasar ekspor air dan minuman tanpa alkohol tetap terbuka lebar,” kata Sarah, Senin (16/6/2025).

Secara global, Indonesia masih berada di peringkat ke-31 dunia sebagai eksportir produk air mineral (HS 2201) dan peringkat ke-45 untuk air mineral berperisa (HS 2202).

Keterbatasan penguasaan teknologi dan inovasi yang dihadapi menjadi tantangan yang perlu diatasi agar produk Indonesia mampu menembus pasar negara besar seperti Tiongkok dan Jepang yang memiliki potensi pasar yang cukup besar namun belum tergarap.

Sebagai lembaga keuangan khusus yang bertujuan mendorong pertumbuhan ekspor nasional, Indonesia Eximbank menyatakan kesiapan untuk mendukung para eksportir di industri air dan minuman tanpa alkohol dalam mengembangkan kapasitas usahanya ke pasar internasional.

Hingga kini, lembaga tersebut telah memberikan pembiayaan dan pendampingan kepada berbagai perusahaan di sektor Fast-Moving Consumer Goods (FMCG) dan industri makanan, baik untuk mendorong ekspor produk maupun ekspansi pabrik ke luar negeri.

“Momentum ini harus dimanfaatkan secara optimal untuk menjadikan produk Indonesia—baik dari sektor air, minuman tanpa alkohol, FMCG, maupun makanan—sebagai ikon ekspor berkelas dunia,” kata Donda menambahkan.