Israel Serang Fasilitas Nuklir Iran, Harga Minyak Melonjak 7% dan Saham di Pasar Asia Anjlok
Pasardana.id - Israel melancarkan serangan terhadap Iran pada Jumat (13/6) dini hari.
Melansir CNN.com, Jumat (13/6) disebutkan, serangan tersebut menargetkan program nuklir dan kemampuan rudal jarak jauh Iran.
"Ini bukan serangan satu hari," kata seorang sumber militer Israel kepada CNN.
Adapun Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan, serangan itu menargetkan fasilitas pengayaan utama Iran di Natanz, ilmuwan nuklir, dan apa yang disebutnya sebagai "inti dari program rudal balistik Iran."
“Serangan itu adalah "serangan gabungan yang tepat dan pre-emptif" yang mencakup "puluhan target" di seluruh Iran,” jelas seorang pejabat militer Israel.
Sementara itu, Amerika Serikat (AS) menyatakan tidak terlibat dalam aksi yang disebut Israel sebagai serangan Pre-emptif.
“Tidak ada keterlibatan atau bantuan AS dalam serangan itu,” kata Menteri Luar Negeri Marco Rubio dalam sebuah pernyataan.
"Malam ini, Israel mengambil tindakan sepihak terhadap Iran. Kami tidak terlibat dalam serangan terhadap Iran dan prioritas utama kami adalah melindungi pasukan Amerika di kawasan itu," jelasnya lagi.
Dampaknya ke Market
Sementara itu, Iran melakukan serangan balasan pagi ini, Jumat (13/06) usai Israel menyerang fasilitas nuklir Natanz di Tehran, Iran.
Akibatnya, harga minyak melonjak lebih dari 7% pada hari Jumat (13/6), mencapai titik tertinggi dalam beberapa bulan setelah Israel mengatakan telah menyerang Iran, yang secara dramatis meningkatkan ketegangan di Timur Tengah dan meningkatkan kekhawatiran tentang terganggunya pasokan minyak.
Harga minyak mentah Brent naik $5,29, atau 7,63%, menjadi $74,65 per barel pada pukul 01.42 GMT setelah mencapai titik tertinggi intraday di $75,32, tertinggi sejak 2 April.
Minyak mentah West Texas Intermediate AS naik $5,38, atau 7,91%, menjadi $73,42 per barel setelah mencapai titik tertinggi di $74,35, tertinggi sejak 3 Februari.
Di pasar lain, saham anjlok pada awal perdagangan Asia, dipimpin oleh aksi jual pada kontrak berjangka AS, sementara investor bergegas ke tempat berlindung yang aman seperti emas dan franc Swiss.
Analis pasar IG, Tony Sycamore mengatakan, eskalasi yang mengkhawatirkan ini merupakan pukulan bagi sentimen risiko di pasar keuangan.
"Sementara kita menunggu berita lebih lanjut dan kemungkinan respons dari Iran, kita mungkin akan melihat penurunan lebih lanjut dalam sentimen risiko karena para pedagang memangkas posisi mencari risiko menjelang akhir pekan," jelasnya seperti dilansir Reuters, Jumat (13/6).

