ANALIS MARKET (10/6/2025): Ada Potensi Demand yang Stabil terhadap SBN Berdenominasi Rupiah

foto: ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Riset harian fixed income BNI Sekuritas menyebutkan, harga Surat Utang Negara (SUN) ditutup menguat pada sesi perdagangan di hari Kamis, 5 Juni 2025.  

Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0104) turun sebesar 7 basis poin ke level 6,33%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0103) turun sebesar 5 bp ke level 6,75%.  

Data Bloomberg menunjukkan yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) turun sebesar 4 bp ke level 6,78%.  

Volume transaksi SBN secara outright traded tercatat sebesar Rp43,4 triliun pada hari Kamis, lebih tinggi dari volume transaksi di hari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp24,3 triliun.  

FR0103 dan FR0104 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing - masing sebesar Rp7,9 triliun dan Rp5,8 triliun.  

Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp1,9 triliun. 

Data Bloomberg menunjukkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS menguat 0,06%, bergerak dari level Rp16.295/US$ di hari Rabu menjadi Rp16.284/US$ di hari Kamis.  

Namun, indikator global menunjukkan sentimen yang cenderung negatif, tercermin dari peningkatan yield US Treasury (UST).  

Yield curve UST 5-tahun meningkat sebesar 6bp menjadi 3,99% dan yield curve UST 10-tahun meningkat sebesar 3bp menjadi 4,40%.  

Sementara itu, Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia bertahan di 78bp. 

Laporan Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan jual neto oleh investor asing sebesar Rp4,48 triliun berdasarkan data transaksi untuk periode 2 – 4 Juni 2025.  

Flow tersebut terdiri dari jual neto sebesar Rp Rp5,69 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan jual neto sebesar Rp3,98 triliun di pasar saham Sementara di pasar SBN terjadi beli neto sebesar Rp5,19 triliun.  

Berdasarkan data setelmen per 4 Juni 2025, selama tahun 2025 nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp46,67 triliun di pasar saham dan Rp19,34 triliun di SRBI, serta beli neto sebesar Rp46,70 triliun di pasar SBN. 

Dari eksternal, per posisi Jumat, indikator global kembali menunjukkan sentimen yang negatif.  

Yield curve UST 5-tahun meningkat sebesar 14bp menjadi 4,13%, dan yield curve UST 10-tahun meningkat sebesar 11bp menjadi 4,51%.  

Data Bloomberg juga menunjukkan Rupiah melemah tipis sebesar 0,01% menjadi Rp16.285/US$.  

Namun, CDS 5-tahun Indonesia turun tipis sebesar 1bp menjadi 77bp. 

Secara week-over-week, yield curve UST 10-tahun meningkat sebesar 10bp. 

Sementara itu, CDS 5-tahun Indonesia mencatatkan penurunan mingguan sebesar 2bp dan Rupiah menguat 0,26% terhadap US$.

Walau sentimen pasar mixed, yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) turun 7bp dibandingkan levelnya minggu sebelumnya.  

Per hari Senin tanggal 9 Juni, indikator global berbalik menunjukkan sentimen yang cenderung positif, tercermin dari penurunan yield UST dan CDS Indonesia.  

Yield curve UST 5-tahun turun sebesar 4bp menjadi 4,09%, dan yield curve UST 10-tahun turun sebesar 2bp menjadi 4,49%.  

Data Bloomberg menunjukkan Rupiah sedikit melemah terhadap US$ sebesar 0,04% dibandingkan level Jumat lalu ke level Rp16.291/US$. Sementara itu, CDS 5-tahun Indonesia turun sebesar 2bp menjadi 75bp.  

Penurunan CDS yang berkelanjutan mencerminkan confidence investor terhadap creditworthiness Indonesia tetap terjaga di tengah situasi global yang volatile.  

Setelah libur pada hari Jumat dan Senin, pasar domestik diperkirakan akan melakukan repricing terhadap perubahan kondisi global yang terjadi. Mempertimbangkan kondisi pasar di atas, BNI Sekuritas melihat adanya potensi demand yang stabil terhadap instrumen SBN berdenominasi Rupiah. BNI Sekuritas memperkirakan weekly range untuk yield SUN 10-tahun pada periode 9 – 13 Juni di kisaran 6.70-6.83%. Berdasarkan valuasi yield curve, BNI Sekuritas memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0094, FR0064, FR0099, FR0052, FR0045, FR0106,” beber Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas, Amir Dalimunthe dalam riset Selasa (10/6).