ANALIS MARKET (17/2/2025): Ada Potensi Peningkatan Volatilitas Harga dan Yield SBN Berdenominasi Rupiah

foto: ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian fixed income BNI Sekuritas menyebutkan, harga Surat Utang Negara (SUN) berakhir menguat pada sesi perdagangan hari terakhir di pekan lalu.

Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0104) turun sebesar 6 bp menjadi 6,55%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0103) turun sebesar 7 bp menjadi 6,75%.

Data Bloomberg menunjukkan yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR turun sebesar 7 bp ke level 6,77%.

Sedangkan volume transaksi SBN secara outright tercatat sebesar Rp27.6 triliun kemarin, lebih tinggi dari volume transaksi di hari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp19.5 triliun.

FR0104 dan FR0103 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing - masing sebesar Rp9,68 triliun dan Rp5,96 triliun.

Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp2,1 triliun.

Di sisi lain, laporan Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan jual neto oleh investor asing sebesar Rp9,61 triliun berdasarkan data transaksi untuk periode 10-13 Februari.

Flow tersebut terdiri dari jual neto sebesar Rp2,51 triliun di pasar SBN, jual neto sebesar Rp2,42 triliun di pasar saham, dan jual neto sebesar Rp4,68 triliun di pasar Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Berdasarkan data setelmen per 13 Februari 2025, selama tahun 2025 nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp7,59 triliun di pasar saham, beli neto Rp10,11 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp4,60 triliun di SRBI.

Adapun data Bloomberg menunjukkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS menguat sebesar 0,67%, bergerak dari level Rp16.361/US$ di hari Kamis menjadi Rp16.251/US$ di hari Jumat.

Dari eksternal, Indikator global per posisi Jumat menunjukkan sentimen yang cenderung positif, tercermin dari penurunan yield US Treasury (UST) dan level Credit Default Swap (CDS) Indonesia.

Yield curve UST 5-tahun turun sebesar 6bp menjadi 4,33%, dan yield curve UST 10-tahun turun sebesar 5bp menjadi 4,47%.

Sementara itu, CDS 5-tahun Indonesia turun sebesar 2bp menjadi 71bp.

Secara week-over-week, yield curve UST 10-tahun turun sebesar 2bp, CDS 5-tahun Indonesia turun sebesar 5bp, dan Rupiah menguat terhadap US$ sebesar 0,20%.

Sejalan dengan sentimen positif dari indikator-indikator tersebut, yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) mencatatkan penurunan mingguan sebesar 10bp.

“Dengan mempertimbangkan kondisi pasar yang didiskusikan di atas, BNI Sekuritas melihat adanya potensi peningkatan volatilitas harga dan yield instrumen SBN berdenominasi Rupiah. Untuk periode 17-21 Februari, BNI Sekuritas memperkirakan yield SUN 10-tahun akan bergerak di kisaran 6,72-6,92%. Berdasarkan valuasi yield curve, BNI Sekuritas memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0086, FR0090, FR0094, FR0065,” sebut Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas, Amir Dalimunthe dalam riset Senin (17/2).