Unjuk Kekuatan di 2025, Pasar Modal Indonesia Optimis Menyongsong Tahun 2026

foto: dok. Pasardana.id

Pasardana.id - Pasar modal Indonesia menutup tahun 2025 dengan kinerja yang solid dan berbagai capaian signifikan, seiring optimisme menyongsong tahun 2026.

Pada Selasa (30/12), perdagangan di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) secara resmi ditutup oleh Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Republik Indonesia, Inarno Djajadi.

Seremoni Penutupan Perdagangan BEI Tahun 2025 tersebut diselenggarakan di Main Hall BEI dan dihadiri oleh para pemangku kepentingan pasar modal Indonesia.

Acara penutupan perdagangan juga diwarnai dengan pemberian apresiasi kepada investor ke-20 juta yang diserahkan oleh Direktur Utama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Samsul Hidayat.

Sepanjang tahun 2025 ini, sinergi Self-Regulatory Organization (SRO) pasar modal Indonesia—BEI, PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), dan KSEI—bersama para pemangku kepentingan serta dukungan OJK, berhasil mendorong pasar modal Indonesia mencatatkan berbagai pencapaian luar biasa serta bertransformasi secara berkelanjutan.

Hal ini semakin mengukuhkan peran pasar modal sebagai salah satu pilar utama pertumbuhan perekonomian nasional.

“Tahun 2025 menjadi tahun pembuktian ketahanan dan kesiapan pasar modal Indonesia, meskipun di tengah tekanan domestik dan global yang tinggi, pasar mampu menjaga stabilitas, bangkit kembali, dan menorehkan capaian kinerja yang solid,” terang Direktur Utama BEI, Iman Rachman dalam sambutannya.

Selanjutnya disampaikan, capaian positif tercermin dari meningkatnya minat dan partisipasi masyarakat dalam berinvestasi di pasar modal Indonesia.

Total investor pasar modal yang terdiri dari investor saham, obligasi, dan reksa dana meningkat 36,67% dari tahun 2024 menjadi 20,3 juta investor.

Khusus untuk investor saham dan surat berharga lainnya, terdapat peningkatan lebih dari 2,2 juta investor menjadi 8,59 juta investor saham.

Dari sisi partisipasi investor, rata-rata investor yang aktif bertransaksi per 29 Desember 2025 mencapai lebih dari 901 ribu per bulan.

Selain itu, jika dilihat dari tipe investor, porsi transaksi investor ritel masih mendominasi sebesar 49,9%.

Dari segi transaksi investor institusi asing dengan porsi transaksi mencapai lebih dari 36,3% dari total rata-rata nilai transaksi harian hingga November 2025.

Pertumbuhan jumlah investor tersebut didukung oleh program edukasi dan sosialisasi pasar modal yang dilakukan secara berkelanjutan dan inklusif.

BEI melalui Kantor Perwakilan dan Galeri Investasi BEI selama periode Januari hingga Desember 2025 telah menyelenggarakan 29.474 kegiatan literasi, inklusi, dan aktivasi, secara langsung (offline) dan webinar yang diikuti oleh 2.820.702 peserta.

Selain itu, terdapat 17.575 kegiatan edukasi pasar modal yang dilaksanakan secara virtual melalui media sosial dengan jangkauan audience sebanyak 24.092.031 peserta dari berbagai wilayah di Indonesia.

Dalam pelaksanaannya, BEI juga terus mengoptimalkan pemanfaatan teknologi melalui penyelenggaraan kegiatan edukasi secara daring untuk menjangkau lebih banyak lapisan masyarakat di berbagai daerah.

Dari sisi penawaran efek (supply), BEI telah berhasil meraih sejumlah pencatatan efek baru yaitu 26 saham baru dengan total fund-raised IPO saham mencapai Rp18,1 triliun dan 6 di antaranya merupakan Lighthouse Initial Public Offering (IPO).

Dengan demikian, total perusahaan tercatat saham sampai dengan saat ini telah mencapai 956 perusahaan.

Adapun raihan pencatatan efek baru lainnya meliputi 181 emisi obligasi dan sukuk, 3 Exchange-Traded Fund (ETF), 1 Efek Beragun Aset (EBA), serta 647 waran terstrukur pada tahun 2025 ini.

Jumlah perusahaan tercatat saham di tahun 2025 menurun dibandingkan tahun sebelumnya, namun dari sisi jumlah penghimpunan dana dari saham mengalami peningkatan sebesar 26,6%.

Berdasarkan data dari EY Global IPO Trends Q3 2025, jumlah pencatatan saham baru di BEI menempati peringkat ke-11 di dunia dari sisi jumlah IPO.

Selama tahun 2025, pasar modal Indonesia bergerak dinamis dan menunjukkan tren positif seiring dengan perkembangan kondisi global maupun domestik.

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat sebesar 22,10% secara year-to-date pada level 8.644,26 pada Senin (29/12).

Kemudian, sepanjang tahun 2025 data perdagangan mulai mengalami kenaikan dibandingkan akhir tahun lalu dengan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) berada pada posisi Rp18,06 triliun.

Data tersebut diikuti dengan volume transaksi harian sebesar 30,27 miliar lembar saham dan frekuensi transaksi harian mencapai 1,78 juta kali transaksi. Aktivitas perdagangan di sepanjang tahun 2025 juga mencatatkan beberapa rekor baru yang mencapai 24 kali all-time high, diikuti dengan rekor kapitalisasi pasar tertinggi yang mencapai Rp16 ribu triliun.

Hingga 29 Desember 2025, perdagangan surat utang melalui Sistem Penyelenggara Pasar Alternatif (SPPA) mencatatkan rata-rata volume transaksi harian sebesar Rp6,52 triliun.

Sementara itu untuk perdagangan produk nonsaham, nilai transaksi telah mencapai Rp7,65 triliun.

Sedangkan untuk unit karbon, telah tercatat sebanyak 2,89 juta ton CO2 ekuivalen unit karbon dari 9 proyek dengan nilai transaksi mencapai Rp30,12 miliar.

Guna menjaga momentum pertumbuhan, BEI bersama SRO dengan dukungan OJK dan para pemangku kepentingan, terus mengembangkan berbagai produk, layanan, serta inisiatif strategis.

Sepanjang tahun 2025, pengembangan tersebut meliputi Perdagangan Internasional Perdana Unit Karbon Indonesia melalui IDXCarbon pada 20 Januari 2025, Peluncuran Kontrak Berjangka Indeks Asing (KBIA) pada 25 Februari 2025, Peluncuran SPPA Repo dan Waran Terstruktur Tipe Put pada 10 Maret 2025, Penyesuaian Auto Rejection Bawah dan Trading Halt pada 8 April 2025, Perluasan Underlying Saham Waran Terstruktur pada 2 Mei 2025, Penyediaan Infrastruktur Liquidity Provider Saham pada 8 Mei 2025, Penambahan Underlying Single Stock Futures (SSF) pada 11 Juli 2025, Penyempurnaan Format Distribusi Data (termasuk diseminasi Kode Domisili Investor) pada 25 Agustus 2025, Peluncuran Indonesia–Singapore Unsponsored Depository Receipts Linkage dengan Saham Blue-Chip sebagai Underlying pada 16 Oktober 2025, S&P Dow Jones Indices dan BEI berkolaborasi meluncurkan Indeks Co-Branded Baru pada 3 November 2025, Grand Launching Sistem Penyelenggara Pasar Alternatif (SPPA) Repurchase Agreement (Repo) dan Inaugurasi Penyerahan Izin Operasional Penyedia Electronic Trading Platform (ETP) Antarpasar pada 1 Desember 2025, serta Implementasi NonCancellation Period pada 15 Desember 2025.

Menyambut tahun 2026, BEI juga telah menetapkan sejumlah target pencapaian, yaitu pertumbuhan jumlah investor sebanyak 2 juta investor baru, RNTH mencapai Rp15 triliun per hari, dan total jumlah pencatatan efek baru di pasar modal mencapai 555 efek baru meliputi dari efek saham, obligasi/sukuk, Kontrak Investasi Kolektif (KIK) baru yang mencatatkan DIRE/DIRE Syariah, DINFRA, ETF, KIKEBA/KIK-EBA Syariah, EBA-SP/EBA-SP Syariah.

Dukungan pemangku kepentingan pasar modal menjadi faktor penting dalam pencapaian target tersebut sebagai bagian dari upaya mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.