Perkuat Ketahanan Pangan, KKP Beri Pelatihan Bioflok ke 100 KopDes Merah Putih
Pasardana.id - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memberikan pelatihan bioflok bagi 100 Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih.
Hal ini sebagai upaya untuk memperkuat ketahanan pangan desa, membuka peluang ekonomi baru, serta meningkatkan keterampilan budi daya lele dan nila.
Pelatihan ini dirancang dengan pendekatan Training of Trainers (ToT) untuk mempersiapkan peserta sebagai penggerak awal Kopdes Merah Putih.
"Dengan model tersebut, diharapkan para peserta pelatihan dapat memberikan dorongan awal bagi Kopdes Merah Putih," kata Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPPSDMKP) KKP, I Nyoman Radiarta dalam keterangan di Jakarta, Minggu (30/11).
Disampaikan Nyoman, pihaknya terus memperkuat ketahanan pangan dan membuka peluang ekonomi baru bagi desa melalui sinergi antara BPPSDMKP dan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) KKP.
Adapun kolaborasi ini diwujudkan melalui pelatihan budi daya lele dan nila bioflok tematik di 100 titik Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih yang berlangsung pada 29 November–12 Desember 2025, dengan target peserta sebanyak 300 orang.
BPPSDMKP KKP, sebagai pelaksana pelatihan melalui Pusat Pelatihan KP memastikan SDM Kopdes Merah Putih memiliki keterampilan yang memadai agar bantuan bioflok benar-benar menghasilkan usaha yang produktif, efisien, dan berkelanjutan.
Nyoman menjelaskan, pelatihan itu menyasar Kopdes Merah Putih di Jawa Timur, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, dan Jawa Barat.
Dari Kopdes Merah Putih yang menerima unit bantuan bioflok tersebut, KKP berharap adanya peningkatan kapasitas.
"Oleh karena itu, peserta pelatihan merupakan perwakilan dari masing-masing koperasi yang ditunjuk untuk mengikuti pelatihan secara langsung,” jelas Nyoman, seperti dilansir Antara.
Nyoman bilang, perluasan pelatihan hingga wilayah non-pesisir bertujuan mengoptimalkan potensi budi daya air tawar.
"Karena ini pengembangan kampung budi daya, jadi tidak hanya di pesisir saja tapi juga dari pedalaman, karena budi daya yang dikembangkan adalah lele dan nila bioflok,” tutur Nyoman.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Tb Haeru Rahayu menambahkan, akuntabilitas dan kebermanfaatan program ini menjadi prioritas karena menggunakan APBN.
Ia memastikan, teknologi, fasilitas, dan unit bioflok tersedia, sedangkan BPPSDMKP bertanggung jawab atas penyiapan SDM serta pendampingan teknis berkelanjutan.
Sinergi itu menunjukkan pentingnya keterpaduan antara pembangunan fisik, transfer teknologi, dan penguatan kapasitas.
"Harapannya kita ingin secepatnya meningkatkan kesejahteraan pembudidaya,” tegasnya.
Pelatihan bioflok dilaksanakan di 100 titik di empat provinsi, dengan cakupan terbesar di Jawa Timur dan Jawa Tengah, disusul D.I. Yogyakarta dan Jawa Barat.
Setiap titik didukung oleh penyuluh kelautan dan perikanan serta pendamping.
Sementara perwakilan koperasi sebelumnya telah mengikuti pelatihan intensif di Balai Pelatihan dan Penyuluhan (BPPP) Banyuwangi.
Dengan pelatihan yang komprehensif dan pendampingan berkelanjutan, KKP berharap 100 koperasi dapat mengembangkan unit budi daya bioflok yang mandiri dan produktif, sekaligus membuka peluang kerja dan menyediakan ikan konsumsi yang terjangkau bagi masyarakat.

