Kemenhub Diminta Tinjau Ulang Tarif Tiket Pesawat

Foto : istimewa

Pasardana.id – Perusahaan Maskapai Penerbangan, PT Garuda Indonesia telah mendapat suntikan dana dari Danantara sebesar Rp23,67 triliun. Dana tersebut dipergunakan untuk memperkuat struktur permodalan, termasuk perbaikan pesawat.

Wakil Direktur Utama Garuda Indonesia, Thomas Sugiarto Oentoro, mengatakan saat ini fokus operasional diarahkan untuk menyelesaikan perawatan pesawat. Kata dia, masih ada 34 pesawat yang berstatus grounded dan memerlukan perawatan.

“Penggunaan dana yang sudah disuntik kepada Garuda Indonesia akan digunakan untuk perawatan pesawat-pesawat yang sekarang ini masih dalam status grounded, yaitu menunggu jadwal maintenance atau overhaul pesawat tersebut,” ujar Thomas saat public expose Garuda Indonesia di Jakarta, Kamis (27/11).

Ia menambahkan, pihaknya telah mengoperasikan 90 pesawat per Oktober 2025 yang meliputi 58 pesawat Garuda Indonesia dan 32 pesawat Citilink.

“Pesawat ini harus kita kembalikan ke dalam status serviceable dalam waktu dekat,” ucap Thomas.

Ia kemudian merinci alokasi dana Rp 26,37 triliun ditujukan untuk pemeliharaan pesawat Citilink sebesar 47 persen, pemeliharaan pesawat Garuda Indonesia sebesar 37 persen, dan pembayaran kewajiban Citilink ke Pertamina sebesar 16 persen. 

Suntikan modal Danantara tersebut akan memperkuat ekuitas dan likuiditas Garuda, menjaga kesinambungan pemulihan operasi, serta meningkatkan keandalan dan kesiapan armada di masa depan.

“Kita juga menjalankan program transformasi dengan empat pilar dari transformasi servicebusinessoperational, dan digital,” kata Thomas.

Sementara, Direktur Utama Garuda Indonesia, Glenny H Kairupan mengatakan pihaknya juga telah memulai pembicaraan dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) terkait soal penyesuaian tarif tiket pesawat.

Glenny bilang, Garuda berencana akan mengajukan penyesuaian tarif tiket pesawat untuk tahun depan.

“Kita sudah adakan negosiasi dan kita usahakan mungkin tahun depan akan ada jawaban dari Kementerian Perhubungan,” ujarnya.

Jauh sebelumnya, isu penyesuaian tarif sempat terlontar dari mantan Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, yang berharap Kemenhub dapat meninjau ulang tarif batas atas (TBA) tiket pesawat sejalan dengan perubahan kondisi eksternal lima tahun terakhir.

Irfan mengatakan nilai tukar atau kurs (exchange rate) serta harga avtur yang fluktuatif menjadi tantangan bagi maskapai. Dua komponen eksternal tersebut, kata dia, memiliki pengaruh besar terhadap biaya.

“Oleh sebab itu, kita juga lagi diskusi sama Kemenhub untuk mohon juga direview, dilihat TBA ini. Artinya jangan TBA selama lima tahun tidak naik. Ini exchange rate dibanding lima tahun lalu berapa, harga avtur dibandingkan lima tahun lalu berapa,” kata Irfan.