ANALIS MARKET (20/11/2025): Antisipasi Demand yang Stabil untuk SBN Berdenominasi Rupiah

Foto: Ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Riset harian fixed income BNI Sekuritas menyebutkan, harga Surat Utang Negara (SUN) ditutup cenderung sideways pada sesi perdagangan kemarin.

Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0104) turun sebesar 1 basis poin (bp) ke level 5,42%, sementara yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0103) tidak berubah di level 6,13%.

Data Bloomberg menunjukkan yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) tidak bergerak di level 6,14%.

Level yield curve 10-tahun masih berada di dalam weekly estimated range di kisaran 6,01% - 6,25%.

Volume transaksi SBN secara outright traded tercatat sebesar Rp21,5 triliun kemarin, lebih rendah dari volume transaksi di hari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp30,9 triliun.

FR0104 dan FR0087 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing - masing sebesar Rp3,0 triliun dan Rp2,6 triliun.

Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp1,9 triliun.

Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa penyaluran kredit perbankan tumbuh 7,36% (yoy) pada Oktober 2025, sedikit melambat dari 7,70% (yoy) pada September.

Kredit UMKM kembali tertekan dengan pertumbuhan –0,11% (yoy).

BI juga menyampaikan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat 11,48% (yoy), mencerminkan melimpahnya likuiditas yang ditopang oleh kebijakan moneter akomodatif dan penempatan dana pemerintah.

Meskipun likuiditas kuat, transmisi penurunan suku bunga kebijakan ke suku bunga deposito dan kredit tercatat masih lambat, antara lain akibat tingginya porsi special rate yang mencapai 27% dari total DPK.

Pada RDG BI 18–19 November 2025, Bank Indonesia mempertahankan BI-Rate di 4,75% (Deposit Facility 3,75%, Lending Facility 5,50%) sesuai fokus kebijakan jangka pendek untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah di tengah ketidakpastian global.

Penguatan stabilisasi nilai tukar dilakukan melalui intervensi terukur di pasar NDF off-shore, serta transaksi spot dan DNDF di pasar domestik yang disertai dengan pembelian SBN di pasar sekunder.

Bank Indonesia juga memperluas instrumen operasi moneter valuta asing dengan instrumen spot dan swap dalam CNY dan JPY yang terintegrasi dengan pengembangan pasar uang dan pasar valas domestik.

BI melakukan ekspansi likuiditas melalui penurunan posisi SRBI dari Rp916,97 triliun pada awal 2025 menjadi Rp699,30 triliun pada 17 November 2025, serta melalui pembelian SBN yang hingga 18 November 2025 mencapai Rp289,91 triliun.

Ke depan, Bank Indonesia akan mencermati ruang penurunan BI-Rate lebih lanjut untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap mempertimbangkan prospek inflasi yang berada dalam sasaran 2,5±1%.

Data Bloomberg menunjukkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS menguat sebesar 0,26%, bergerak dari level Rp16.751/US$ di hari Selasa menjadi Rp16.708/US$ kemarin.

Sementara itu, per Kamis (20/11) pagi ini, indikator global menunjukkan situasi yang cenderung netral.

Yield curve US Treasury (UST) 5-tahun dan 10-tahun masing-masing meningkat tipis sebesar 1bp menjadi 3,71% dan 4,13%.

Sementara itu, Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia bertahan di level 77bp.

"Mempertimbangkan faktor-faktor di atas, kami mengantisipasi demand yang stabil untuk Surat Berharga Negara (SBN) berdenominasi Rupiah. Berdasarkan valuasi yield curve, kami memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0068, FR0103, FR0088, FR0075, FR0098, FR0079," sebut Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas, Amir Dalimunthe dalam riset Kamis (20/11).