Disnaker Luwu Timur Sebut PT Vale Jadi Penopang Utama Ekonomi dan Ketenagakerjaan

foto: dok. PT Vale

Pasardana.id - PT Vale Indonesia Tbk (Vale) (IDX: INCO) dinilai telah memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan.

Selain itu, dalam ketersediaan lapangan pekerjaan, Vale dinilai menjadi harapan besar bagi warga lokal untuk bisa bekerja di perusahaan tambang nikel ini beserta rekanannya.

“Vale adalah salah satu penopang ekonomi dan ketenagakerjaan di Luwu Timur yang sangat strategis. Kita harus bangga, tapi juga harus mengawal. Pemerintah, masyarakat, dan Vale harus bersinergi. Kalau tidak, potensi besar ini bisa tidak optimal,” kata Kepala Dinas Ketenagakerjaan Luwu Timur, Kamal Rasyid, seperti dilansir dalam siaran pers, Kamis (09/10). 

Kamal mengungkapkan, saat ini Pendapatan Asli Daerah (PAD) Luwu Timur mencapai Rp350 miliar dengan APBD Rp2,1 triliun.

Ia juga menyebut untuk Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) di Luwu Timur tercatat sebagai posisi yang kedua tertinggi di Sulawesi Selatan, sekitar Rp3,735 juta. 

“Dari semua pendapatan daerah itu, Vale sangat berkontribusi dalam hal ini sehingga wajar jika harapan masyarakat tinggi (kepada Vale),” ujar pria lulusan dari Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) ini dengan penuh semangat.

Namun Kamal berharap ke depan Vale bisa lebih berani berinvestasi di sektor pendidikan dan pemberdayaan lokal.

Alasannya sederhana untuk memastikan manfaatnya bisa dirasakan secara berkelanjutan oleh masyarakat lokal.

“Kesinambungan pelajar, pemuda, dan pekerja harus dibangun melalui inkubasi, beasiswa, dan afirmasi. Kemudian investasi besar di pendidikan formal, bukan hanya vokasi. Vale harus berani melangkah ke SMA, SMK, hingga perguruan tinggi, bahkan ke level internasional. Semua ini akan membuat terwujudnya keberlanjutan,” ujarnya. 

Kamal memahami jika masih ada sebagian pihak yang menilai Vale belum memberikan manfaat optimal kepada masyarakat.

Namun tugas pemerintah, kata dia, bagaimana memastikan bagaimana kehadiran industri seperti Vale ini bisa memberikan manfaat maksimal kepada masyarakat di Luwu Timur dan Sulawesi Selatan.

“Dalam dinamika sosial, tidak mungkin semua pihak puas. Ada harapan dan usulan yang tersalurkan, ada yang tidak. Kalau tidak tersalurkan, wajar jika muncul kritik atau narasi negatif. Dari sisi pemerintah, sikap kami jelas jika ada manfaat, kita maksimalkan. Jika ada masalah, kita perbaiki. Pemerintah juga memediasi agar tuntutan yang tidak bisa dipenuhi dijelaskan alasannya, dan bila memungkinkan dicari substitusi,” tutur ayah enam anak ini.

Dalam hal penerimaan pekerja lokal di Vale, Kamal menjelaskan secara garis besar ada dua kategori.

Kategori tersebut adalah staff-up dan non-staff. 

Untuk kategori staff-up, ia menjelaskan, biasanya lulusan S1/S2 dengan posisi engineer, supervisor, hingga level manajerial.

“Untuk kategori ini persaingan ketat, kualifikasi tinggi, dan relatif minim masalah karena jumlah pelamar tidak terlalu besar,” ujarnya.

Selanjutnya, untuk kategori non-staff, Kamal menjelaskan umumnya masyarakat lokal lulusan SMA hingga D3.

Pada kategori ini, kata dia, persaingan lebih ketat, sehingga sering muncul masalah karena masyarakat lokal dianggap belum terakomodir secara maksimal.

“Untuk staff-up, pada tahun ini serapan (tenaga kerja) lokal naik jadi sekitar 75%. Untuk non-staff, pernah diperkirakan mencapai 100% lokal (sekitar 113–120 orang dalam satu angkatan),” katanya terkait dengan serapan tenaga kerja dari masyarakat lokal Luwu Timur yang bekerja di Vale.

Berdasarkan Laporan Keberlanjutan 2024, PT Vale Indonesia Tbk menunjukkan komitmen kuat terhadap pemberdayaan masyarakat sekitar melalui serapan tenaga kerja lokal yang mencapai 83% dari total 3.038 karyawan.

Sebagian besar berasal dari wilayah operasi utama di Luwu Timur, dengan prioritas rekrutmen yang mengutamakan warga setempat sebelum membuka peluang bagi tenaga kerja dari luar daerah.

Selain itu, Vale juga aktif menyelenggarakan program pelatihan dan pengembangan kompetensi bagi calon pekerja lokal, termasuk kerja sama dengan lembaga vokasi di sekitar tambang, guna memastikan masyarakat memiliki keahlian yang relevan dengan kebutuhan industri.

Langkah ini menjadi bukti nyata komitmen perusahaan dalam menciptakan nilai ekonomi berkelanjutan dan memperkuat kemandirian komunitas lokal di wilayah operasionalnya.

Kamal juga mengapresiasi usaha dari Vale yang telah menjalankan berbagai program pendidikan, termasuk politeknik, SMA, dan vokasi.

Namun, dia menegaskan, pendidikan formal itu lebih penting agar terjadi kesinambungan dari pelajar ke pekerja.

“Kami mendorong Vale berinvestasi lebih besar di sektor pendidikan formal, bukan hanya vokasi,” ujarnya.

Terkait usaha pemerintah merespons tantangan untuk menyiapkan para tenaga kerja lokal bisa bekerja di level manajerial Vale, Kamal melihat pendidikan formal dan pengalaman masih menjadi kendala utama.

“Kalau hanya vokasi, bisa cepat. Tapi untuk level staff-up, butuh waktu panjang. Kami mendorong program afirmasi lokal agar anak daerah mendapat privilege tertentu. Namun, implementasinya harus hati-hati agar tidak menimbulkan konflik sosial,” katanya.