Basuki Tjahaja Purnama dan Para Ekonom Bahas Resiliensi Ekonomi di Permata Bank Wealth Wisdom 2025

foto : istimewa

Pasardana.idPermata Bank (IDX: BNLI) menggelar Wealth Wisdom 2025 di Jakarta, Selasa (07/10), yang menghadirkan sesi Wealth Class bertajuk “Resilience in Growth, Stronger Foundation”. 

Dalam sesi ini, Basuki Tjahaja Purnama, Gubernur DKI Jakarta (2014-2017), Josua Pardede, Chief Economist Permata Bank, dan Arief Wana, Managing Partner PT Ashmore Asset Management Indonesia, membagikan wawasan mengenai perkembangan dinamika ekonomi global maupun domestik sekaligus strategi pengelolaan kekayaan dan peluang investasi di tengah ketidakpastian.

Sesi Wealth Class ini menyoroti beberapa faktor eksternal utama yang memengaruhi stabilitas ekonomi Indonesia.

Faktor tersebut meliputi perlambatan ekonomi Tiongkok (slower-for-longer) di tengah perang dagang Amerika Serikat, serta kebijakan perdagangan AS yang didasari penerapan tarif resiprokal yang cenderung proteksionis.

Selain itu, konflik geopolitik yang berkepanjangan di Timur Tengah, Eropa, hingga Asia Pasifik turut meningkatkan ketidakpastian ekonomi global.

“Di tengah volatilitas ekonomi dan geopolitik global, Indonesia merasakan dampak yang relatif terbatas karena tingkat trade similarity dengan AS yang rendah dan karakteristik Indonesia sebagai ekonomi small-open, di mana sekitar 55% dari PDB berasal dari konsumsi rumah tangga. Namun, dampak negatif tetap dirasakan Indonesia mengingat AS merupakan tujuan ekspor terbesar kedua bagi Indonesia,” terang Chief Economist Permata Bank, Josua Pardede, dalam siaran pers, Selasa (07/10).

Meski menghadapi tekanan eksternal, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 masih diproyeksikan stabil di kisaran 5%, relatif lebih baik dibandingkan tren perlambatan di banyak negara lain.

Dengan inflasi yang cenderung terkendali, diperkirakan ruang penurunan suku bunga Bank Indonesia terbuka pada paruh kedua tahun ini.

“Di tengah ketidakpastian global, investor di Indonesia perlu menjaga keseimbangan portofolio dengan mengombinasikan aset berisiko dan aset aman. Diversifikasi adalah strategi penting untuk meminimalkan risiko sekaligus mempertahankan potensi imbal hasil,” tambah Josua.

Di kesempatan yang sama, Basuki Tjahaja Purnama menyatakan, bahwa mengoperasikan bisnis dan mengelola APBN mempunyai sejumlah persamaan kunci.

Basuki menjelaskan, bahwa dalam aktivitas berdagang, ketika situasi ekonomi sedang kurang ideal, pelaku usaha maupun pemerintah perlu melakukan optimalisasi biaya dan mencari sumber pendapatan tambahan.  

Lebih lanjut, Basuki menggarisbawahi satu karakterisik masyarakat Indonesia yang sekaligus menjadi keunggulan negara.

“Salah satu keunggulan yang dimiliki Negara ini adalah rasa kekeluargaan yang tertanam di masyarakat Indonesia. Merasa tidak sendirian ketika menghadapi sesuatu adalah sebuah bentuk resiliensi. SDM Indonesia seringkali menanam rasa kekeluargaan dalam lingkungan kerja, dan kedekatan ini menghasilkan keunggulan bagi Indonesia yang tidak dimiliki oleh banyak negara lain,” ungkap Basuki. 

Sementara itu, Arief Wana, Managing Partner PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk, menyatakan bahwa minat masyarakat untuk berinvestasi di Indonesia sangat tinggi, terutama oleh investor lokal.

Namun, berdasarkan data dari Januari-September 2025 menunjukan bahwa alur investasi oleh investor asing ke Indonesia masih menunjukkan net outflow, di mana lebih banyak investor asing yang menjual aset Indonesia mereka.

Menurut Arief, tren ini dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, seperti ketertarikan investor asing untuk berinvestasi di negara-negara seperti Tiongkok, Taiwan, atau Korea Selatan yang memiliki industri teknologi yang lebih maju.

Lebih lanjut, ia juga memberikan saran kepada audiens Wealth Wisdom 2025 di Jakarta terkait cara memastikan pengambilan keputusan investasi yang dapat menghasilkan pertumbuhan yang berkelanjutan.

“Untuk memastikan bahwa kekayaan atau portofolio kita dapat tumbuh secara berkelanjutan, kita harus menerapkan manajemen risiko. Investor perlu mengerti jenis dan ukuran risiko yang diambil untuk bisa investasi di sebuah aset. Selain itu, investor harus memiliki prinsip yang kuat ketika mengambil keputusan untuk berinvestasi, jangan hanya karena ingin mengikuti tren orang lain,” jelas Arief.

Diskusi ini menggarisbawahi bahwa membangun kekayaan yang tangguh memerlukan perpaduan antara strategi keuangan yang terukur, pemahaman pasar yang mendalam, dan ketahanan mental.

Wealth Wisdom 2025 di Jakarta menghadirkan beragam aktivitas, kelas, dan topik dengan narasumber lintas bidang yang membahas keseimbangan antara finansial, kesehatan, dan pendidikan sebagai fondasi kesejahteraan.

Acara ini menghadirkan tokoh public, seperti Airlangga Hartarto, Basuki Tjahaja Purnama, Prof. Rhenald Kasali, Prof. Eka J. Wahjoepramono, Shinta Kamdani, Adrianto Djokosoetono, Stephanie Gunadi, Andy F. Noya, dan Raymond Chin.

Sejak pertama kali digelar pada 2014, Wealth Wisdom terus berkembang menjadi platform interaktif untuk belajar, berbagi inspirasi, dan memperluas wawasan demi masa depan finansial yang lebih kuat, sejalan dengan visi Permata Bank untuk tumbuh bersama nasabah dan menciptakan nilai bermakna bagi masyarakat.