Survei Ipsos: Kepercayaan Konsumen Indonesia Turun Tajam pada September
Pasardana.id - Ipsos, perusahaan riset pasar global terkemuka, merilis hasil Global Consumer Confidence Index (GCCI) September 2025 yang menunjukkan penurunan signifikan pada tingkat kepercayaan konsumen Indonesia.
Indeks Kepercayaan Konsumen Indonesia turun sebesar - 5,2 poin dibandingkan Agustus 2025 dan -9,2 poin dibandingkan September 2024, menjadi 52,3 poin.
Penurunan ini menempatkan Indonesia di posisi ke-9 secara global, turun dari posisi ke-3 pada bulan sebelumnya, meskipun masih berada di atas rata-rata global (48,0 poin).
Tren ini menunjukkan adanya pergeseran sikap masyarakat Indonesia yang kini lebih berhati-hati dalam menilai kondisi ekonomi maupun keuangan pribadi di tengah ketidakpastian ekonomi global yang masih berlanjut.
Optimisme Konsumen Asia Mulai Terkoreksi
Kawasan Asia menunjukkan pergerakan yang beragam, dengan beberapa negara mencatat kenaikan, sementara yang lain mengalami penurunan yang cukup signifikan.
-India tetap menjadi negara dengan tingkat kepercayaan konsumen tertinggi di dunia pada September 2025 dengan skor 57,0 poin, meskipun turun -0,6 poin dibanding bulan sebelumnya dan -5,0 poin dibanding tahun lalu.
-Singapura berada di posisi 54,4 poin, turun -1,0 poin secara bulanan dan -8,1 poin dibanding September 2024.
-Malaysia, yang sempat menunjukkan optimisme kuat di awal tahun, kini melemah -5,3 poin secara bulanan menjadi 54,1 poin.
-Thailand mencatat skor 49,8 poin, turun -2,2 poin dibanding periode yang sama tahun lalu.
-Indonesia, dengan skor 52,3 poin, mengalami salah satu penurunan terbesar di kawasan.
Hasil ini menunjukkan bahwa meskipun Asia masih menjadi kawasan dengan tingkat kepercayaan konsumen tertinggi di dunia — khususnya di India, Singapura, dan Malaysia — beberapa negara seperti Indonesia mulai menunjukkan tanda-tanda penyesuaian setelah periode optimisme yang panjang.
Konsumen Indonesia Lebih Realistis dan Selektif
Dibandingkan beberapa bulan sebelumnya, konsumen Indonesia kini menunjukkan pandangan yang lebih pragmatis terhadap kondisi ekonomi dan menjadi lebih selektif dalam mengatur pengeluaran.
Rumah tangga kini lebih memprioritaskan kebutuhan pokok dan menunda pembelian barang nonesensial.
Perilaku ini sejalan dengan kenaikan harga kebutuhan dasar, meningkatnya biaya hidup, serta ketidakpastian lapangan kerja, yang mendorong masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam perencanaan keuangan mereka.
“Penurunan indeks kepercayaan konsumen Indonesia pada September ini menunjukkan adanya perubahan sikap dari konsumen yang biasanya tangguh. Perusahaan perlu memprioritaskan pemahaman yang lebih mendalam terhadap kebutuhan dan perhatian masyarakat di tengah kondisi yang tidak pasti. Memperkuat keandalan merek serta menekankan proposisi nilai akan menjadi kunci penting. Meskipun masyarakat masih bersikap hati-hati, kami melihat peluang perbaikan ke depan — terutama jika kebijakan pemerintah mampu memperkuat daya beli dan mendukung perjalanan Indonesia menuju target ambisius pertumbuhan ekonomi sebesar 8% PDB,” terang Hansal Savla, Managing Director Ipsos Indonesia, dalam siaran pers, Kamis (16/10).
Gambaran Global: Pemulihan yang Belum Merata
Secara global, Consumer Confidence Index di 30 negara tercatat sebesar 48,0 poin, relatif stabil dibandingkan Agustus 2025. Namun, beberapa ekonomi besar masih menunjukkan pelemahan:
-Prancis turun tajam -7,7 poin menjadi 39,9 poin, sementara Jerman melemah -6,7 poin menjadi 47,0 poin.
-Amerika Serikat mencatat penurunan ringan -2,7 poin dengan skor 52,4 poin, sedangkan Jepang turun -2,2 poin menjadi 37,3 poin.
Perbedaan ini menunjukkan bahwa meskipun beberapa negara mulai memperlihatkan tanda-tanda pemulihan, banyak pasar masih menghadapi tekanan inflasi, ketidakpastian geopolitik, serta daya beli konsumen yang melemah.
Diketahui, Global Consumer Confidence Index merupakan survei bulanan yang dilakukan di 30 negara melalui platform daring Ipsos Global Advisor dan IndiaBus.
Gelombang survei September 2025 melibatkan lebih dari 21.700 responden di seluruh dunia, termasuk 500 responden di Indonesia berusia 21–74 tahun yang mewakili populasi urban dan terhubung secara digital.
Indeks ini mengukur persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, situasi keuangan pribadi, ekspektasi masa depan, serta kepercayaan dalam melakukan pembelian besar.

