Dongkrak Kinerja Bisnis, Begini Strategi yang Bakal Dilakukan Wilmar Cahaya Indonesia

Pasardana.id - Perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi minyak nabati dan khusus, yang digunakan dalam industri makanan dan perdagangan umum, termasuk ekspor dan impor, PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk (IDX: CEKA) mengakui, kondisi perekonomian tahun 2024 ini cukup menantang, tidak jauh berbeda dengan 2023.
Menurut Direktur CEKA, Tonny Muksim, pada tahun 2024 ini, kondisi agrobisnis belum terlalu baik, karena faktor cuaca yang dapat mengakibatkan gagal panen.
"Menyikapi hal ini, PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk sangat selektif dalam melakukan ekspansi," kata Tonny, di acara Paparan Publik, dikutip Senin (01/7).
Lebih lanjut disampaikan, strategi perseroan tahun ini akan fokus mempertahankan pangsa pasar, menaikkan penjualan, dan melakukan efisiensi.
"Agar di akhir tahun, PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk tetap dapat mencatatkan profit dan dividen tetap dapat dibagikan kepada para pemegang saham," jelasnya.
Sementara itu, lanjutnya, kinerja operasional pabrik di Cikarang tetap berjalan dengan baik dan efisien, meski penjualan turun.
Penurunan tersebut terjadi karena adanya produk minyak goreng subsidi dari pemerintah.
"Masyarakat lebih tertarik untuk membeli minyak goreng subsidi dengan harga yang lebih murah, sehingga PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk kurang bisa bersaing dalam harga," ujarnya.
Diketahui, Perseroan meraih penjualan neto sebesar Rp1,69 triliun hingga periode 31 Maret 2024.
Pencapaian ini naik dari penjualan neto Rp1,67 triliun di periode sama tahun sebelumnya.
Selain itu, Laba sebelum pajak turun menjadi Rp63,75 miliar dibandingkan laba sebelum pajak Rp90,61 miliar.
Laba periode berjalan turun menjadi Rp50,32 miliar dari laba periode berjalan Rp70,99 miliar.
Adapun jumlah liabilitas mencapai Rp442,83 miliar hingga periode 31 Maret 2024, naik dari jumlah liabilitas Rp251,27 miliar hingga periode 31 Desember 2023.
Sedangkan jumlah aset hingga periode 31 Maret 2024 mencapai Rp2,13 triliun, naik dari jumlah aset Rp1,89 triliun hingga periode 31 Desember 2023.