Harga Timah Lesu, TINS Rugi Rp449 Miliar di Tahun 2023

Foto : ilustrasi (Dok. Pasardana.id)

Pasardana.id - PT Timah Tbk (IDX: TINS) menderita rugi bersih sebesar Rp449,69 miliar pada tahun 2023, atau memburuk dibanding tahun 2022 yang meraih laba laba bersih sebesar Rp1,041 triliun.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko TINS, Fina Eliani menyampaikan, lambatnya pemulihan perekonomian global dan domestik, serta tekanan harga logam timah dunia di tahun 2023 akibat penguatan mata uang AS dan lemahnya permintaan timah karena tingginya persediaan LME (London Metal Exchange), berdampak pada menurunnya ekspor timah Indonesia sejak tahun 2022 sampai dengan saat ini.

Selain itu, penambangan timah tanpa izin yang terjadi di Bangka Belitung akibat tata kelola pertimahan yang belum membaik, berdampak negatif pada bisnis pertimahan di Indonesia, khususnya Perseroan.

“Kondisi ekonomi global dan domestik yang belum membaik serta lemahnya permintaan logam timah global ditengah aktifitas penambangan tanpa izin berdampak pada kinerja Perseroan di tahun 2023. Di tahun 2024 ini, Perseroan fokus pada peningkatan produksi melalui penambahan alat tambang dan pembukaan lokasi baru, strategi recovery plan dan program efisiensi berkelanjutan, manajemen optimis kinerja Perseroan di tahun ini akan lebih baik sesuai dengan target,” ulas Fina dalam keterangan resmi, Kamis (28/3/2024).

Ia merinci, perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp8,4 triliun pada tahun 2023. Hasil itu turun 32,8 persen dibanding tahun 2022.

Adapun EBITDA sebesar Rp684,3 miliar dan rugi tahun berjalan sebesar Rp449,7 miliar.

“Penurunan volume penjualan logam timah sebesar 6.420 metrik ton dan penurunan harga jual rerata logam timah sebesar USD4.891 per metrik ton dari tahun 2022 berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan Perseroan di tahun 2023,” jelas dia.

Pada sisi lain, posisi nilai aset Perseroan pada tahun 2023 tercatat sebesar Rp12,8 triliun, sementara posisi liabilitas sebesar Rp6,6 triliun, naik 9,7 persen dibandingkan posisi akhir tahun 2022 sebesar Rp6 triliun.

Di samping itu, pinjaman bank dan utang obligasi pada akhir tahun 2023 menjadi Rp3,5 triliun dari sebelumnya Rp2,8 triliun.

Posisi ekuitas sebesar Rp6,2 triliun, turun 11 persen dibandingkan posisi akhir tahun 2022 sebesar Rp7,0 triliun seiring kerugian yang dialami Perseroan.

Indikator keuangan TINS masih menunjukkan hasil yang baik, terlihat dari beberapa rasio keuangan penting di antaranya; Quick Ratio sebesar 38 persen, Current Ratio sebesar 139 persen, Debt to Asset Ratio sebesar 5,41 persen, dan Debt to Equity Ratio sebesar 105,9 persen.

Fina melanjutkan, perseroan terus berupaya dalam merealisasikan beberapa inisiatif strategis, diantaranya; peningkatan sumberdaya dan cadangan secara organik/anorganik, optimalisasi penambangan dan pengolahan timah primer, optimalisasi tata kelola penambangan rakyat, pengembangan bisnis pasir silika & mineral ikutannya, pengembangan monasite-REE, serta melakukan efisiensi biaya di seluruh rantai bisnis proses.

Untuk diketahui, harga rata-rata timah CSP di LME sejak Maret 2024 meningkat 5,7 persen menjadi USD 27.436 per ton dari harga rata-rata timah CSP di LME selama tahun 2023 yang tercatat sebesar USD 25.959 per ton, serta proyeksi harga timah versi Bloomberg di kisaran USD 23.000 – 29.000 per metrik ton.