Dijaga Rudal TNI, Pabrik Pupuk Masuk Dalam Objek Vital Nasional

Foto : istimewa

Pasardana.id - Pabrik pupuk menjadi salah satu yang masuk dalam objek vital nasional (obvitnas).

Pabrik pupuk dinilai memiliki risiko kebakaran seperti halnya yang terjadi pada depo atau terminal BBM Pertamina.

Karena itu, PT Pupuk Indonesia (Persero) memastikan pabriknya untuk dijaga ketat oleh pangkalan rudal milik TNI.

"Betul, pupuk itu juga punya risiko, makanya masuk objek vital nasional, kerena (pabrik pupuk) punya bahan yang eksplosif," ujar SVP Sekretaris Perusahaan Pupuk Indonesia, Wijaya Laksamana saat ditemui di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (13/3).

Dia mengungkapkan, pabrik pupuk yang dikawal rudal tersebut berlokasi di Bontang, Kalimantan Timur.

"Pabrik pupuk itu objek vital nasional, itu di Bontang ada pangkalan rudal untuk jagain pabrik pupuk kerena punya bahan yang eksplosif," imbuhnya.

Ia menuturkan, penjagaan oleh pangkalan rudal TNI itu bertujuan untuk menjaga adanya serangan dari pihak luar yang bisa membahayakan.

Ia mencontohkan pada kasus ledakan yang pernah terjadi di Oklahoma, Amerika Serikat.

Ledakan yang terjadi pada 19 April 1995 itu akibat pemasangan bom yang dari campuran pupuk pertanian, bahan bakar diesel, dan bahan kimia mematikan lainnya.

"Dijaga karena sebagai obvitnas. Jadi risikonya itu lebih ke serangan dari pihak luar, atau terorisme," ungkap Wijaya.

Di sisi lain, untuk memitigasi potensi risiko, Pupuk Indonesia juga memiliki safety major atau peralatan maupun prosedur guna mengantisipasi agar masyarakat sekitar tidak terdampak jika terjadi insiden kecelakaan pada pabrik.

Tak hanya itu, perseroan juga melakukan latihan tanggap darurat bersama masyarakat di sekitar pabrik setiap tahunnya.

Latihan tanggap darurat itu dilakukan dengan simulasi guna masyarakat benar-benar memahami respons seharusnya ketika terjadi insiden.

"Kami rutin bikin latihan tanggap darurat, pakai skenario bahkan, ada simulasinya. Kami juga rutin lakukan sosialisasi untuk persiapkan masyarakat kalau-kalau di pabrik kami ada kendala," bebernya.

Pada kesempatan itu, Wijaya juga mengatakan, kapasitas produksi PT Pupuk Indonesia (Persero) mencapai 13,9 juta ton, dengan rincian pupuk urea  8,8 juta ton, NPK 3,8 juta ton, dan lain-lain 1,3 juta ton.

Adapun alokasi pupuk bersubsidi tahun ini adalah 7,8 juta ton, dengan rincian pupuk urea 4,6 juta ton dan NPK 3,2 juta ton.

“Dengan kapasitas produksi 8,8 juta ton, kemampuan produksi kita untuk mencukupi kebutuhan urea bersubsidi lebih dari cukup. Begitu juga dengan Pupuk NPK, dimana kemampuan produksi kita 3,5 juta ton, dengan kebutuhan NPK bersubsidi 3,2 juta ton,” tutupnya.