Kas Tebal Dorong GOTO Capai EBITDA Positif Tanpa Pinjaman
Pasardana.id - PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (IDX: GOTO) tengah berupaya mencapai EBITDA Disesuaikan (Adjusted EBITDA) yang positif pada kuartal keempat tahun 2023.
Riset Analis Mandiri Sekuritas mencatat, posisi kas GOTO mencapai Rp31,6 triliun sampai dengan kuartal ketiga 2022.
Sementara itu, pada periode yang sama, minus atau rugi EBITDA yang Disesuaikan (loss run-rate) tersisa sebesar Rp3,7 triliun.
”GOTO tidak memerlukan penggalangan dana eksternal untuk mencapai profitabilitas (menjadi menguntungkan),” tulis riset yang disusun analis Adrian Joezer dan Ryan Aristo.
Dengan situasi ini, maka GOTO akan bersama-sama dengan kompetitornya di Asia Tenggara yaitu Shopee (SEA Group Ltd) mencapai titik impas EBITDA yang Disesuaikan pada akhir tahun 2023.
Ini berarti lebih cepat dibandingkan pemain besar lain di industri, yaitu; GRAB yang akan meraih Adjusted EBITDA positif pada semester kedua 2024.
”Target titik impas EBITDA Disesuaikan (GOTO) ini adalah lima kuartal lebih cepat dari target kami sebelumnya yaitu pada kuartal pertama tahun 2025,” kutipan riset tersebut.
Lebih lanjut Mandiri Sekuritas mempertahankan rekomendasi Beli (BUY) untuk saham GOTO dengan target harga (Target Price/TP) Rp230 per saham atau 90,1 Persen lebih tinggi dibandingkan Rp121 per saham saat riset ini disusun.
Kondisi itu diperkuat dengan upaya penghematan dari GOTO secara signifikan, termasuk pada pos strategi promosi.
"Kami melihat cash burn sudah turun 60-65 persen dari inisiatif yang dilakukan," ungkap Group Chief Financial Officer GoTo, Jacky Lo, secara terpisah.
Berkurangnya biaya "bakar uang" dimaksud merupakan buah dari strategi mendisiplinkan semua biaya.
Seluruh biaya yang terjadi telah dikaji dan upaya ini secara konsisten terus dilakukan supaya efektif dan tepat sasaran.
Jacky memaparkan, berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2022, GOTO memiliki kas sekitar Rp31 triliun.
Angka penggunaan uang atau cash outflow sebesar Rp4 triliun per kuartal atau jika ditarik garis lurus, maka GOTO mengeluarkan kas sekitar Rp16 triliun dalam setahun.
Meski begitu, pihaknya memastikan optimasi biaya dan peningkatan monetisasi akan terus terjadi di GOTO sehingga cash burn atau penggunaan kas bisa terus turun setiap kuartal.
Direktur Utama Grup GOTO, Andre Soelistyo mengatakan, target pencapaian profitabilitas yang baru ini akan membawa perseroan semakin mendekati arus kas operasional positif.
Hal ini merupakan hasil dari rencana strategis GoTo yang meliputi optimisasi pendapatan (revenue optimization), pengelolaan beban usaha (cost management), serta pengembangan produk dan layanan berbasis ekosistem terintegrasi (ecosystem product growth) untuk mendukung pertumbuhan jangka panjang yang berkesinambungan.
Adapun secara struktur, kata Andre, adjusted EBITDA merupakan proxy indikator untuk menunjukkan arus kas yang dapat digunakan untuk mengembangkan bisnis secara mandiri tanpa pendanaan eksternal.
”Sebagai hasil dari pelaksanaan strategi yang terus berlangsung tersebut, Perseroan akan dapat mencatatkan EBITDA yang disesuaikan menjadi positif pada kuartal empat tahun 2023. Perseroan memiliki sumber daya manusia yang tepat, didukung oleh likuiditas yang mencukupi untuk melaksanakan rencana kami, sejalan dengan misi kami untuk membangun ekosistem teknologi paling berdampak di Indonesia, dan mampu memberi nilai positif bagi masyarakat,” ucap Andre dalam siaran pers GOTO, baru-baru ini.
EBITDA kependekan dari Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (Pendapatan Sebelum Bunga, Pajak, Depresiasi, dan Amortisasi), merupakan salah satu ukuran kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan.
EBITDA yang positif merupakan satu tahapan penting sebelum akhirnya perusahaan bisa meraih laba bersih.

