Beban Operasional Turun Bikin BBRI Raup Laba Rp43,9 Triliun Pada akhir September 2023

Foto : Dok. BBRI

Pasardana.id - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (IDX: BBRI) meraup laba bersih sebesar Rp43,992 triliun dalam sembilan bulan tahun 2023, atau tumbuh 12,2 persen dibanding periode sama tahun 2022 yang terbilang Rp39,156 triliun.

Hasil itu mendongkrak laba bersih per saham ke level Rp292 per lembar pada akhir September 2023, sedangkan di akhir kuartal III 2022 berada di level Rp259 per helai.

Jika ditelusuri, pendapatan bunga bersih dan pendapatan premi hanya tumbuh 6,1 persen secara tahunan menjadi Rp103,01 triliun pada akhir September 2023.

Menariknya, emiten bank pelat merah itu dapat menekan beban operasional sedalam 3,4 persen secara tahunan menjadi Rp46,806 triliun pada akhir September 2023.

Adapun pos yang pendorongnya, BBRI meraup keuntungan transaksi spot dan derivatif senilai Rp1,675 triliun, sedangkan akhir September 2023 merugi Rp341,85 miliar.

Selain itu, pendapatan komisi dan administrasi tumbuh 12,3 persen menjadi Rp15,559 triliun pada akhir September 2023. Bahkan pendapatan lainnya melonjak 21,6 persen menjadi Rp19,1 triliun.

Alhasil, laba operasional meningkat 15,1 persen secara tahunan menjadi Rp56,209 triliun pada akhir September 2023.

Data tersebut tersaji dalam laporan keuangan kuartal III 2023 tanpa audit BBRI yang diunggah pada laman Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (25/10/2023).

Sementara itu, Direktur Utama BBRI, Sunarso mengungkapkan, bahwa kontributor utama penopang kinerja positif tersebut diantaranya adalah penyaluran kredit, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan dana murah, kualitas kredit yang terjaga, serta proporsi fee-based income yang porsinya terus meningkat terhadap keseluruhan pendapatan BRI.

“Dari sisi fungsi intermediasi, hingga akhir September 2023, BRI berhasil mendorong penyaluran kredit tumbuh 12,53 persen yoy menjadi Rp1.250,72 triliun. Pencapaian ini masih selaras dengan proyeksi BRI, dimana hingga akhir tahun ini, perseroan menargetkan pertumbuhan kredit berada di level 10-12% yoy,” jelas Sunarso dalam keterangan resmi, Rabu (25/10/2023).

Ia merinci, penyaluran kredit UMKM juga tercatat tumbuh 11,01 persen secara tahunan dari semula Rp935,86 triliun di akhir Kuartal III 2022 menjadi Rp1.038,90 triliun di akhir Kuartal III 2023, sehingga porsi kredit UMKM BRI terhadap total kredit mencapai 83,06 persen.

“Kredit yang tumbuh double digit tersebut berdampak positif terhadap pendapatan bunga perseroan, dimana hingga akhir September 2023 tercatat pendapatan bunga BRI telah mencapai Rp138,63 trilliun atau tumbuh 13,91% yoy,” ungkap dia.

Lebih lanjut Sunarso bilang, dalam menyalurkan kredit tersebut juga diimbangi dengan manajemen risiko yang baik.

BRI berhasil menurunkan Loan at Risk (LAR), dimana hingga akhir Kuartal III 2023 LAR BRI tercatat sebesar 13,8 persen.

Angka tersebut membaik atau menurun apabila dibandingkan dengan LAR pada September 2022 yang sebesar 18,68 persen.

“Kami optimistis di tahun depan, LAR BRI dapat kembali pada kondisi pra-pandemi, yakni di kisaran 9-11 persen,” harap dia.

Ia melanjutkan, Credit Cost juga membaik, dari semula 3,02 persen pada Kuartal III 2022 menjadi 2,44 persen pada Kuartal III 2023.

Sebagai bagian dari soft landing strategy, BRI juga tetap menyediakan pencadangan yang memadai, dimana hingga akhir Kuartal III 2023 tercatat NPL Coverage BRI mencapai sebesar 228,65 persen.

“Dari sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), BRI mencatatkan total DPK sebesar Rp1.290,29 triliun atau tumbuh 13,2 pesen yoy. Penopang utama DPK BRI masih bersumber dari dana murah (CASA) dengan porsi mencapai 63,64 persen atau sebesar Rp821,14 triliun. Pertumbuhan tertinggi berasal dari Giro BRI yang tumbuh sebesar 28,12 persen yoy,” pungkas dia.