INTP Lakukan Ini Untuk Atasi Biaya Energi

Foto : Dok. INTP

Pasardana.id - PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (IDX INTP) telah mengambil beberapa langkah untuk menekan biaya bahan bakar, guna menjaga profitabilitas.

Direktur INTP, Antonius Marcos menyampaikan, biaya energi menjadi perhatian utama di industri semen sejak tahun lalu.

Konflik yang sedang berlangsung dari perang di Eropa Timur telah membuat situasi menjadi lebih tidak terduga dengan rekor harga batu bara terjadi kembali di Juni 2022.

Dia memperkirakan, harga energi diperkirakan tetap tinggi, mengingat permintaan akan meningkat dari musim dingin yang akan datang.

“Kami telah menaikkan harga jual semen kantong pada Maret dan Juni tahun ini untuk meneruskan sebagian dari kenaikan biaya energi tersebut,” kata dia kepada media, Jumat (19/8/2022).

Ia juga membuka langkah lain untuk mengurangi biaya energi, dimana, Perseroan terus meningkatkan pemakaian konsumsi bahan bakar alternatif dari 12,2 persen pada akhir 2021 menjadi 17,6 persen pada Juni 2022, termasuk peningkatan penggunaan batu bara berkalori rendah (LCV) dari 88 persen menjadi 90 persen.

Ia melanjutkan, volume penjualan semen curah akan tetap tinggi sebagai akibat cuaca panas dan telah dimulainya beberapa proyek komersial dan pengeluaran anggaran akhir tahun (year-end budget spending) untuk proyek infrastruktur di Semester 2 tahun 2022 ini.

“Pangsa pasar semen curah pada Semester 1/2022 mencapai 26 persen dari keseluruhan pasar semen, yang merupakan peningkatan cukup besar dari 21 persen pada Semester 1/2021. Perkiraan kami, untuk pertumbuhan semen secara keseluruhan pada 2022 sekarang berada di kisaran 2-4 persen,” papar dia.

Sementara itu, dalam semester 1 2022, perseroan membukukan volume penjualan domestik (semen dan klinker) secara keseluruhan sebesar 7,5 juta ton pada Semester 1/2022, atau turun 448 ribu ton atau -5,6 persen dari volume Semester 1/2021.

Volume penjualan semen domestik (tanpa klinker) tercatat sebesar 7,1 juta ton, turun 302 ribu ton atau -4,1 persen dibandingkan volume pada Semester 1/2021 yang menyebabkan pangsa pasar domestik Perseroan menjadi 24,3 persen.

Senada, penjualan ekspor menurun 25,9 persen dari 222 ribu ton pada Semester 1/2021 menjadi 165 ribu ton di Semester 1/2022.

Namun, pendapatan bersih meningkat 3,7 persen menjadi Rp6,911 triliun yang disebabkan oleh kenaikan harga jual pada tahun ini di Maret dan Juni.

Sayangnya, beban Pokok Pendapatan pada Semester 1 tahun 2022 naik 12,5 persen dari Rp4,572 triliun menjadi Rp5,142 triliun yang disebabkan oleh kenaikan biaya energi, terutama dari melonjaknya harga batu bara dan harga BBM Industri.

Marjin Laba Bruto turun menjadi 25,6 persen di Semester 1/2022 dari 31,4 persen di Semester 1/2021.  

Beban Usaha juga naik sebesar 1,2 persen dari Rp1,485 triliun menjadi Rp1,503 triliun disebabkan oleh kenaikan biaya transportasi dan penyusutan dari penambahan aset-aset sewa pada 2022.

Akibatnya, marjin Laba Usaha turun dari 9,6% menjadi 4,8% dan marjin EBITDA berkurang dari 19,2 persen menjadi 13,3 persen pada Semester 1 tahun 2022.

Sehingga dari angka keuangan di atas, perseroan mencatat Laba Periode Berjalan turun 50,3 persen dari Rp586,6 miliar menjadi Rp291,5 miliar.