Garuda Indonesia Setop Operasional Pesawat Bombadier CRJ-1000 dan ATR 72-600

Foto : istimewa

Pasardana.id - Dianggap sering membuat rugi serta dalam proses pengadaannya menjadi lahan kasus korupsi, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (IDX: GIAA) akan menyetop operasional pesawat jenis Bombardier CRJ-1000 dan ATR 72-600.

"Kita juga telah memutuskan setop operasi kepada 2 jenis pesawat yaitu Bombardier CRJ-1000 dan pesawat ATR," kata Director of Human Capital Garuda Indonesia, Aryaperwira Adileksana saat rapat dengan Komisi V DPR RI, Selasa (28/6/2022).

Disampaikan Arya, semua pesawat Bombardier CRJ-1000 yang dioperasikan perusahaan akan dikembalikan kepada lessor atau penyewa.

Sementara untuk pengoperasian pesawat ATR 72-600 akan dialihkan ke anak usaha Garuda, yaitu Citilink, supaya Garuda Indonesia tetap bisa menjangkau bandara-bandara yang hanya dapat melayani pesawat penumpang regional jarak pendek ini.

"Untuk pesawat Bombardier semuanya kita kembalikan atau dikeluarkan dari fleet Garuda Indonesia dan pesawat ATR akan diterbangkan oleh Citilink," ungkapnya.

Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo menyebutkan, selama bertahun-tahun maskapai pelat merah ini jarang mendapatkan keuntungan usaha.

Hal ini salah satunya dipicu oleh penyewaan pesawat yang lebih banyak dari kebutuhan perusahaan dan harga sewa pesawat yang mahal.

Misalnya seperti pesawat Bombardier CRJ-1000 dan ATR 72-600.

"Garuda ini jarang sekali untung ya, karena tadi, secara pendapatan tinggi tapi cost-nya tinggi, karena banyak fleet yang tidak terpakai maksimal," jelasnya saat konferensi pers, Selasa (28/6/2022).

Selain itu, kedua jenis pesawat ini dalam pengadaannya dikorupsi oleh mantan Direktur Utama Garuda Indonesia, Emirsyah Satar yang merugikan negara Rp 8,8 triliun.

Kerugian tersebut akibat pengadaan pesawat CRJ-1000 dan pengambilalihan pesawat ATR 72-600 yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip pengadaan BUMN.

Adapun kerugian juga terjadi akibat para tersangka tidak menerapkan prinsip business judgment rule, sehingga mengakibatkan performance pesawat selalu mengalami kerugian saat dioperasikan.