Arkora Hydro Ditaksir Raih Laba Rp83 Miliar Pada Tahun 2022

Foto : Dok. Pasardana.id

Pasardana.id - PT Arkora Hydro Tbk diperkirakan akan menghasilkan laba bersih sebesar Rp83 miliar pada tahun 2022, atau naik 69,3 persen dibandingkan capaian tahun 2021, yang tercatat sebesar Rp49,511 miliar.

Menurut Direktur Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Wibowo Mukti Kamihadi selaku penjamin pelaksana emisi efek penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) Arkora Hydro, bahwa taksiran laba itu setelah menganalisa kinerja calon emiten pembangkit listrik tenaga air itu.

“Dengan perhitungan kami (Mirae Asset Sekuritas), Arkaro membukukan laba 2022 sebesar Rp83 miliar. Sehingga PER (price earning ratio) antara 9,9 X hingga 10,9 X,“ kata dia di Jakarta, Selasa (21/6/2022).

Ia melanjutkan, dengan valuasi tersebut, maka saham perdana yang ditawarkan Arkaro tergolong menarik, terlebih Arkaro telah memiliki 2 proyek pembangkit listrik yang telah beroperasi dan 3 proyek lain akan segera beroperasi.

“Valuasi Arkaro cukup menarik, jika dibandingkan PER industri serupa di kisaran 16,7 X.” ungkap dia.

Untuk diketahui, Arkora Hydro berencana melakukan IPO sebanyak 579,9 juta lembar saham atau setara 20 persen dari modal ditempatkan dan disetor.

Dengan kisaran harga Rp 286 sampai Rp 310 per saham, maka laba Arkaro diproyeksi mencapai Rp165,85 miliar sampai dengan Rp179,77 miliar.

Sementara itu, Direktur Utama Arkora Hydro, Aldo Artoko mengatakan, usai IPO perseroan, Arkora Hydro berencana mencari peluang akuisisi proyek hidro berpotensi besar di atas 25 MW.

“Kami tengah melakukan uji tuntas terhadap beberapa pembangkit listrik dengan memperhatikan ESG dan tingkat keekonomian,” kata dia.

Saat ini, perseroan telah menyelesaikan pembangunan proyek mini hidro Cikopo-2 dengan total biaya USD1,65 juta/MW.

"Cikopo-2 merupakan pembangkit listrik berkapasitas 7,4 MW yang dimiliki dan dioperasikan oleh Arkora Hydro," katanya.

Selain itu, pengerjaan proyek Tomasa yang menelan biaya investasi USD1,75 juta/MW. Biaya investasi ini di bawah rata-rata industri sebesar USD2,2 - 2,5 juta/MW.

Proyek Tomasa merupakan pembangkit listrik berkapasitas 10 (2x5) MW.

“Proyek ini milik Arkora Hydro melalui anak usahanya, yaitu PT Akora Sulawesi Selatan. Tomasa proyek memasuki tahapan commercial operations date (COD) pada bulan Maret 2020,” katanya.

Adapun proyek Yaentu di Poso (Sulawesi Tengah) sedang dalam konstruksi.

Proyek Yaentu dengan kapasitas 10 (2x5) MW ini dikembangkan oleh PT Arkora Hydro Sulawesi (AHS), anak perusahaan tidak langsung milik Arkora Hydro.

“Proyek ini sedang dalam pengerjaan. Hingga Maret 2022, proses pengerjaan proyek telah mencapai 50 persen. Proyek ini ditargetkan memasuki tahapan COD pada triwulan I 2023,” jelas dia.

Satu lagi, perseroan tengah mengerjakan konstruksi PLTA WKS-2 di Lampung, Sumatera dengan kapasitas 5,4 MW.

Proyek PLTA ini ditargetkan beroperasi pada triwulan IV 2024.

“Dalam jangka waktu empat tahun ke depan, perusahaan di bidang EBT ini berencana memiliki sekitar 125 MW dari hydropower yang beroperasi,” pungkas dia.