UNU Yogyakarta Gelar Pelatihan Pemrograman 23 Hari Selama Ramadhan

foto : istimewa

Pasardana.id - Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta bersama puluhan mahasiswa Teknik Informatika, mengisi akhir Ramadhan dengan pelatihan pemrograman komputer (bootcamp) yang kerap diselenggarakan seharian penuh dan dilanjutkan pada malam hari selepas berbuka, sehingga mereka menjuluki bootcamp tersebut sebagai Lailatul Coding.

"Jadi Lailatul Coding ini merupakan plesetan, karena kita di malam hari tidak hanya mengaji kitab tapi juga belajar pemrograman, maka kita sebut Lailatul Coding. Harapannya, para santri bisa mahir dengan praktik langsung di bidang IT. Terlebih setelah lama tidak dapat bertemu di kampus maupun pondok," ungkap Ir. Suhada, Dekan Fakultas Teknologi Informasi UNU Yogyakarta, seperti dilansir dari siaran pers, Rabu (27/4/2022).

Suhada mengatakan ide awal bootcamp tersebut diadakan karena selama dua tahun terakhir perkuliahan dilakukan secara online.

Hal itu dianggap kurang efektif dibandingkan dengan pembelajaran secara offline atau langsung.

Bootcamp "Lailatul Coding" tersebut diadakan bagi mahasiswa di Fakultas Teknologi Informasi selama 23 hari.

Setiap hari para mahasiswa mengikuti bootcamp selama 8 jam mulai dari pukul 08.00 hingga 16.00 WIB, dengan waktu istirahat 1 jam.

"Ide awal acara ini karena selama dua tahun pandemi perkuliahan secara langsung tatap muka tidak ada. Sehingga ada gap kompetensi yang tidak terpenuhi. Pada 30 Maret hingga kita tutup bersama pada Selasa 26 April 2022, UNU Yogyakarta berinisiatif memanfaatkan berkah Ramadhan sekaligus mengisi malam penuh berkah (Lailatul Qadar) dengan belajar pemrogaman," kata Suhada.

Melalui "Lailatul Coding", Suhada mengharapkan bahwa 10 hari terakhir Ramadhan mahasiswa UNU Yogyakarta sebagai umat Islam tidak hanya digunakan untuk mengejar berkah akhirat, tapi juga manfaat dunia yang bisa dijadikan ladang pengabdian mereka saat bekerja untuk umat, melalui ilmu pemrograman yang bermanfaat.

"Harapannya (mahasiswa) tidak hanya meraih Lailatul Qadar, tetapi juga Lailatul Coding," kata Suhada.

Adapun Pemrograman yang dipelajari di Bootcamp Lailatul Coding bermacam-macam, mulai dari belajar membuat tampilan yang biasa terlihat di layar komputer (User Interface & User Experience), merancang program di dalam aplikasi (Back End), hingga memastikan bagaimana tampilan yang ada di aplikasi bisa berfungsi dengan baik ketika digunakan (Front End).

Mahasiswa UNU Yogyakarta juga diajarkan membuat serta memanfaatkan database (big data), sekaligus berlatih membuat aplikasi sesuai dengan studi kasus dan kebutuhan yang ada di pesantren.

Anis (18), salah satu mahasiswa UNU Yogyakarta, menceritakan bagaimana dirinya bersama teman-teman membuat aplikasi untuk monitoring tahfidz (menghitung hafalan Qur'an).

Selama ini, hafalan Qur'an pencatatannya dilakukan secara manual yaitu santri mengaji dan ustadz menandai bahwa hafalan telah dilakukan.

Hafalan Qur'an dengan cara tradisional memang punya kelemahan, misalnya catatan yang rawan hilang maupun adanya peluang buku hafalan diubah oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

Selain itu, jumlah santri juga sangat banyak, sehingga perlu aplikasi untuk membantu para ustadz dan kyai dalam pengawasan.

"Kami berharap agar lebih mempermudah penyampaian ke wali santri, mempermudah penyimak atau pengasuh mengurus sekaligus menjaga kebenaran data-data. Karena santri ada ratusan. Ini contoh kasus yang kami alami di Pesantren, dan dengan teknologi kita bisa carikan solusinya," ungkap Anis.

Aplikasi tersebut, lanjut Anis, memang belum sempurna dan masih butuh banyak pengembangan, namun pengalaman mengikuti Bootcamp Lailatul Coding membuat ilmunya semakin bertambah.

Terlebih lagi, banyak santri yang sebelum berkuliah tidak memiliki basis ilmu di bidang pemrogaman.

Kuliah online juga menurut Anis memberi tantangan tersendiri dalam proses belajar mengajar, karena tidak dapat bertemu dosen secara langsung dan bertanya secara leluasa.

"Dengan bimbingan penuh dari para mentor, dari pagi sampai sore, dan malamnya coding mengerjakan tugas, kami jadi lebih pede (percaya diri). Alhamdulillah dengan waktu yang singkat ini kami bisa membuat website serta aplikasi kecil-kecilan walau belum sempurna," pungkas Anis.