Per Juni 2021, Neraca Perdagangan Indonesia Surplus Sebesar US$ 1,32 Miliar
Pasardana.id – Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2021 mengalami surplus sebesar US$ 1,32 miliar.
Surplus neraca perdagangan terjadi karena nilai ekspor Indonesia pada Juni 2021 tercatat sebesar US$ 18,55 miliar. Angka ini naik 9,52% dari bulan sebelumnya dan naik 54,46% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Sedangkan nilai impor pada Juni 2021 tercatat sebesar US$ 17,23 miliar. Angka ini naik 21,03% mtm dan naik 60,12% yoy.
"Saya jelaskan mengenai impor migasnya naik. Karena minyak mentah naik besar, hasil minyak turun 14,32%, sedangkan impor gas turun 23,57%. Sedangkan untuk impor non migasnya naik 22,66%. Jadi untuk impor migas naik 11,44% diantaranya minyak mentah." kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Margo Yuwono dalam konferensi pers virtual, Selasa (15/7/2021).
Impor
BPS mencatat, nilai impor Indonesia per Juni 2021 mencapai US$17,23 miliar, naik 21,03 persen dibandingkan Mei 2021 atau naik 60,12 persen dibandingkan Juni 2020.
Impor migas Juni 2021 senilai US$2,30 miliar, naik 11,44 persen dibandingkan Mei 2021 atau naik 239,38 persen dibandingkan Juni 2020.
Impor nonmigas Juni 2021 senilai US$14,93 miliar, naik 22,66 persen dibandingkan Mei 2021 atau naik 48,08 persen dibandingkan Juni 2020.
Peningkatan impor golongan barang nonmigas terbesar Juni 2021 dibandingkan Mei 2021 adalah mesin dan peralatan mekanis US$506,7 juta (28,31 persen). Sedangkan penurunan terbesar adalah bijih, terak, dan abu logam US$126,8 juta (53,48 persen).
Adapun tiga negara sebagai pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari–Juni 2021 adalah Tiongkok US$25,27 miliar (31,79 persen), Jepang US$6,56 miliar (8,26 persen), dan Korea Selatan US$4,45 miliar (5,60 persen). Impor nonmigas dari ASEAN US$14,46 miliar (18,19 persen) dan Uni Eropa US$4,99 miliar (6,28 persen).
Menurut golongan penggunaan barang, nilai impor Januari– Juni 2021 terhadap periode yang sama tahun sebelumnya terjadi peningkatan pada barang konsumsi US$1.618,4 juta (22,55 persen), bahan baku/penolong US$16.325,6 juta (30,96 persen), dan barang modal US$2.163,1 juta (19,68 persen).

