Laba Naik 78 Persen Jadi USD37,8 Juta Tahun 2020, BULL Siap Tangkap Peluang Tahun 2021
Pasardana.id - PT Buana Lintas Lautan Tbk (IDX: BULL) meraih laba bersih sebesar USD37,8 juta pada tahun 2020, atau naik 78,3 persen, dibanding tahun 2019 yang tercatat sebesar USD21,2 juta.
Hasil itu ditopang dengan raihan pendapatan sepanjang tahun 2020 yang tercatat senilai USD194,4 juta, atau melonjak 91,5 persen dibandingkan tahun 2019 yang tercatat senilai USD101,5 juta.
Menurut Direktur BULL, Kevin Wong, bahwa capaikan tahun 2020 tercatat sebagai rekor baru, baik dari sisi pendapatan maupun laba bersih selama ini.
“Apalagi, kita tahu kondisi pasar 2020 yang penuh tantangan,” kata dia kepada media, Senin (07/6/2021).
Ia menambahkan, dengan kinerja tersebut, laba bersih yang disesuaikan mencapai USD49,1 juta untuk tahun 2020 dan USD16,7 juta untuk tahun 2019, atau meningkat 194 persen untuk periode tersebut.
Pada saat yang sama, EBITDA meningkat dari USD54,3 juta menjadi USD119,6 juta, atau meningkat sebesar 120,2 persen.
Ia menjelaskan, hasil kinerja itu tidak lepas dari tambahan 13 kapal tanker atau setara 1,4 juta DWT. Terlebih, semua armada baru itu menghasilkan marjin lebih dan peningkatan kontribusi dari operasi internasional dengan margin yang lebih tinggi.
“Dengan tambahan armada itu, BULL memiliki 38 kapal. Pada saat yang sama, kapasitas tonase efektifnya meningkat dari 1,4 juta DWT menjadi 2,1 juta DWT, atau meningkat 50 persen,” papar dia.
Sementara rata-rata Time Charter Rate (TCR) internasional untuk segmen kapal tanker utama BULL tetap stabil.
Sementara TCR rata-rata untuk kapal tanker aframax/LR2 tumbuh sebesar 5,9 persen selama tahun 2020, untuk kapal tanker ukuran handy- size turun sebesar 3,5 persen.
Sedangkan untuk tahun 2021, dia menaksir kinerja perseroan tetap mengalami pertumbuhan karena tingkat vaksinasi secara global telah meningkat.
Sehingga Dana Moneter Internasional (IMF) sekarang memperkirakan bahwa ekonomi global akan melaju sebesar 6 persen pada tahun 2021 dan 4,4 persen pada tahun 2022.
Hal ini mendorong OPEC memperkirakan permintaan minyak global akan naik menjadi 99,7 juta barel per hari pada kuartal IV tahun 2021 dibandingkan dengan 94,8 juta barel per hari pada kuartal II tahun 2021, atau peningkatan tertinggi dalam sejarah.
Goldman bahkan lebih optimis, memperkirakan peningkatan permintaan minyak hingga 100 juta barel per hari pada akhir Juli, yang merupakan peningkatan 5,2 juta barel per hari dalam volume minyak yang perlu diangkut, peningkatan 5,5 persen hanya dalam 2 bulan..
Namun, pasokan kapal tetap pada tingkat yang rendah secara historis. Rasio kontrak kerja untuk kapal tanker baru dibandingkan dengan armada yang ada, berada pada level terendah dalam hampir 30 tahun karena kelangkaan dana dan peraturan baru mengenai lingkungan yang mengurangi pasokan.
Sejauh ini, hingga Juni 2021, armada aframaxes/LR2 hanya meningkat 1 persen sedangkan untuk ukuran handy-size pertumbuhannya bahkan lebih kecil lagi, yaitu 0,6 persen.
Besarnya mismatch antara permintaan minyak yang berpotensi naik 5,5 persen dalam 2 bulan dibandingkan dengan armada kapal tanker yang stagnan menciptakan kemungkinan bahwa tarif kapal tanker akan naik dengan kencang dan berkelanjutan.
Tarif kapal tanker minyak juga diperkirakan mendapat dukungan lebih lanjut dari sifat musiman permintaan minyak.
1 Juni menandai awal musim mengemudi untuk belahan bumi utara dan juga musim panas ketika suhu yang lebih tinggi meningkatkan penggunaan AC.
Ini kemudian akan diikuti oleh peningkatan pergerakan minyak di bulan September dan Oktober sampai akhir tahun sebagai persiapan untuk bulan-bulan musim dingin.
Faktor lain peningkatan, berdasarkan armada saat ini, kapasitas efektif adalah 2,9 juta DWT, yang meningkat 38 persen dibandingkan tahun 2020. Hal ini akan memposisikan Perseroan dengan baik untuk peningkatan tarif kapal tanker yang diharapkan dalam beberapa bulan mendatang.

