ANALIS MARKET (09/3/2020) : Pasar Obligasi Berpotensi Melemah

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, lagi-lagi pasar obligasi mengalami kejatuhan setelah sebelumnya mampu mengalami rebound yang tinggi setelah sebelumnya terjadi penurunan yang cukup dalam secara harga.

Ini menandakan bahwa memang pasar obligasi kita bukanlah pilihan bagi para pelaku pasar dan investor asing untuk membeli pasar obligasi dalam Negeri, pada kenyataannya porsi asing terus mengalami penurunan, dan semakin berkurang.

Di saat ini, pasar obligasi masih tertahan oleh berkah yang terjadi di IHSG yang membuat para pelaku pasar dan investor lokal berpindah portfolio investasinya dari saham menjadi obligasi.

Apakah kebetulan ataukah rencana Tuhan semata?

Kali ini pasar obligasi akan kembali mengalami tekanan yang cukup besar, semakin virus corona tidak bisa dikendalikan penyebarannya, hal ini semakin membuat para pelaku pasar dan investor asing melepas investasinya di Emerging Market dan memilih untuk berinvestasi di safe haven asset.

Lebih lanjut analis Pilarmas menilai, diperdagangan Senin (09/3) pagi ini, pasar obligasi diperkirakan akan dibuka melemah dengan potensi melemah, apalagi menjelang lelang yang akan diadakan oleh Pemerintah hari Selasa nanti.

Adapun cerita di awal pekan ini akan diawali dari;

1.RESPON

Penasehat ekonomi utama Donald Trump mengatakan bahwa White House memiliki keinginan untuk meluncurkan beberapa langkah untuk melindungi ekonomi Amerika dari pelemahan yang diakibatkan virus Corona setelah berhari hari menekan ekonomi Amerika. Ketika pasar keuangan Amerika jatuh pada hari Jumat kemarin, Larry Kudlow mengatakan bahwa Pemerintah sedang membuat berbagai respons kebijakan terbatas tanpa memberikan hal yang spesifik. Kudlow mengatakan bahwa dalam jangka waktu dekat, Pemerintah akan membuat beberapa kebijakan yang ditujukan untuk ekonomi mikro sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan. Bahkan setelah kudlow mengatakan bahwa akan ada stimulus dalam waktu dekat, Trump secara terpisah mengatakan apakah stimulus dalam bentuk kebijakan fiscal diperlukan saat ini? Dan tidak lupa, Trump juga lagi lagi mengatakan bahwa The Fed harus memangkas tingkat suku bunga lebih lanjut. Trump hanya mengatakan bahwa The Fed harus memangkas tingkat suku bunga dan sekali lagi The Fed harus memberikan stimulus. Kami melihat bahwa antara langkah yang diambil oleh The Fed dengan kecemasan yang diakibatkan oleh virus corona tidak sebanding, sehingga pasar keuangan tetap merespon negative pemangkasan tersebut. Kudlow sejauh ini mengatakan bahwa ada potensi untuk melakukan penundaan pajak untuk industri pelayaran, travel, dan penerbangan yang dimana sector ini yang cukup terkena dampaknya. Sebelumya Trump telah menandatangani RUU pengeluaran darurat sebesar $7.8 miliar untuk mengatasi infeksi yang terus meningkat dan persediaan yang turun drastis. RUU ini termasuk pendanaan untuk Pemerintah Negara bagian yang memerangi virus serta membuka jalan untuk pinjaman berbiaya murah untuk usaha kecil. Sejauh ini kami masih melihat para pelaku pasar dan investor masih khawatir bahwa apa yang dilakukan oleh Pemerintah Amerika masih belum cukup untuk menjaga potensi resesi yang terjadi, begitupun kami. Well, marilah kita berdoa bahwa kita pun siap menghadapi kemungkinan yang terburuk yang terjadi, karena bangsa ini lebih kuat dari yang kita sadari.

2.FALLING DOWN

Harga minyak kembali jatuh karena OPEC dan sekutunya gagal untuk mencapai kesepakatan mengenai pengurangan produksi, dan tentu saja hal ini memberikan dampak terhadap ekonomi yang lebih luas. Apabila harga minyak mentah terus mengalami penurunan, tentu saja akan mendorong masalah yang lebih besar setelah virus corona yang akan membuat pasar juga akan kesulitan untuk bangkit. Sejauh ini banyak pihak yang mengharapkan bahwa OPEC dapat menurunkan produksi untuk menjaga harga minyak tetap stabil. Tetapi sayangnya rencana itu gagal, sekutu OPEC, Rusia menolak untuk menyetujui pengurangan produksi tambahan yang diusulkan sebelumnya yaitu di 1.5 juta barel per hari. OPEC+ juga gagal mencapai kesepakatan untuk memperpajang proses pengurangan produksi. Ini artinya, apabila kesepakatan terus tidak tercapai, maka pada tanggal 1 April, ketika perjanjian ini berakhir, maka masing masing Negara bebas untuk mengendalikan seberapa banyak minyak yang akan diproduksi. Pada hari Sabtu, Arab Saudi juga telah mengumumkan besar besaran untuk harga jual resmi untuk bulan April, seperti yang kita tahun Arab Saudi dapat memompa hingga 12.5 juta barel per hari. Menteri Energi Rusia juga mengatakan bahwa pada tanggal 1 April kami akan mulai bekerja tanpa memperdulikan kuota atau pengurangan yang sudah ada sebelumnya, meskipun hal ini tidak berarti bahwa disetiap Negara tidak akan memantau dan menganalisis perkembangan pasar. Jumat lalu, WTI mengalami penurunan sebanyak 10.07%, ini merupakan penurunan terburuk sejak November 2014 lalu. Brent mengalami penurunan sebanyak 9.44%, terendah sejak Juni 2017. Beberapa Bank besar di Amerika mengatakan bahwa Brent akan jatuh di kisaran harga $35 barel pada kuartal kedua, dengan WTI juga berada di kisaran $30 per barel, padahal sebelumnya minyak diperkirakan akan berada dikisaran harga $57.50 untuk Brent dan WTI $52.50.

3.KISAH SEDIH DI HARI MINGGU

Mengawali hari Senin pekan ini, mungkin akan menjadi awal pekan yang kurang baik. Harga minyak yang sebelumnya mengalami penurunan yang diikuti dengan futures market Amerika yang turun akan membuka peluang penurunan pasar saham dan obligasi kian dalam hari ini. Minyak Brent telah dibuka lebih rendah hingga 20%, dan S&P 500 Futures turun lebih dari 3%. Ekuitas di Timur Tengah pun jatuh pada hari Minggu karena Arab Saudi yang tidak mau melakukan pengurangan produksi. Jika minyak WTI jatuh ke harga $30 lebih rendah dan stabil di kisaran tersebut, maka tekanan di pasar akan sangat tinggi terkait dengan penurunan harga minyak yang berpotensi menekan industry tersebut. Selesai membahas harga minyak, kita akan membahas mengenai virus corona. Korban yang meninggal di Italia saat ini lebih banyak daripada Korea Selatan. Hingga hari Minggu kemarin, setengah dari Negara di dunia telah memiliki kasus Corona. Jumlah kematian di luar dari China telah mencapai 700. Sejauh ini Italia melaporkan 7.275 kasus virus corona dengan 366 diantaranya mengalami kematian. Angka ini naik dari sebelumnya hanya 233 kematian. Tidak hanya itu saja, Mesir juga telah mengumumkan kematian pertamanya dari corona virus tersebut. Menjelang pertemuan Bank Sentral Eropa, Komisaris Uni Eropa mengatakan bahwa diperlukan respon fiscal yang terkoordinasi untuk mengatasi virus tersebut. Bank Sentral Eropa tidak bisa memikirkan kebijakan moneter sebagai satu satunya alternative, karena hal tersebut sudah mencapai batasnya. Yang menjadi perhatian utama saat ini adalah, GDP Q4 dari Jepang yang kembali akan mengalami penurunan. Hal ini menandakan bahwa Jepang berpotensi untuk mengalami resesi. Bank Sentral Jepang akan mendukung perekonomian, dan Pemerintah akan meningkatkan stimulus fiscal jika ekonomi jatuh ke dalam resesi secara teknis. Perdana Menteri Shinzo Abe mengatakan bahwa Pemerintah dapat memperkenalkan lebih banyak langkah langkah atau stimulus ekonomi jika memang itu diperlukan. Data Ekonomi tersebut akan muncul pada pukul 06.50 am.

“Kami merekomendasikan jual hari ini,” sebut analis Pilarmas dalam riset yang dirilis Senin (09/3/2020).