KEEN Akan Bangun PLTA Senilai USD500 Juta
Pasardana.id - PT Kencana Energi Lestari Tbk (IDX: KEEN) akan membangun tiga pembangkit listrik Energi Baru Terbarukan (EBT) dengan total kapasitas 250 MW dalam lima tahun mendatang.
Wakil Presiden Direktur KEEN, Wilson Maknawi mengatakan, untuk mencapai target itu perseroan akan mengembangkan tiga proyek baru.
Ketiga proyek tersebut meliputi; PLTA Kalaena, di Luwu Timur, berkapasitas 75 MW, PLTA Salu Uro di Luwu Utara, berkapasitas 90 MW, dan PLTA Pakkat 2 di Sumatera Utara dengan kapasitas 35 MW.
“Apabila PPA (Power Purchase Agreement) dari proyek ini bisa didapat pada 2021, kami optimistis bisa menyelesaikannya pada 2025, saat itu KEEN diharapkan sudah memiliki total kapasitas sekitar 250 MW,” ujar dia dalam paparan publik secara daring, Senin (28/12/2020).
Ia menambahkan, untuk pengembangan tiga pembangkit listrik dengan energi baru terbarukan itu membutuhkan dana sebesar USD500 juta.
“Biasanya untuk pembangkit itu dananya dari ekuitas sebesar 30 persen dari total proyek dan sisanya dari investor strategis,” kata dia.
Untuk itu, lanjut dia, saat ini perseroan dalam proses pembicaraan serius dengan beberapa calon investor strategis. Jika tercapai kesepakatan, perseroan akan melepas 20-25 persen saham pada investor strategis tersebut.
“Saat ini ada beberapa calon investor yang sedang menjajaki peluang untuk berpartisipasi membesarkan bisnis KEEN dengan mengambilalih sekitar 20 persen sampai 25 persen saham. Calon investor tersebut terdiri dari strategic investor besar yang bergerak di bidang renewable energy, baik strategic investor internasional maupun nasional,” ujar dia.
Ia menambahkan, strategic investor tersebut diharapkan mempunyai visi dan misi yang sama dengan Kencana Energi, serta dapat menciptakan sinergi dalam rangka mempercepat pembangunan dan menyediakan EBT di Indonesia yang bersifat energi bersih, ramah lingkungan dan berkelanjutan serta membantu pemerintah mewujudkan pencapaian bauran energi EBT sebesar 23 persen di tahun 2025.
“Untuk itu, kita butuh dukungan dari pasar modal dalam bentuk debt atau equity. Lebih dari itu, kita juga butuh satu international big boy untuk bersama-sama berkembang,” ujarnya.

