Tiga Tantangan Menghadang, Laba ELSA Turun 21 Persen Pada Akhir September 2020
Pasardana.id - PT Elnusa Tbk (ELSA) mencatatkan laba bersih sebesar Rp187 miliar pada Akhir September 2020, atau turun 21,42 persen dibanding periode yang sama tahun 2019, yang tercatat sebesar Rp238,26 miliar.
Padahal, anak usaha PT Pertamina itu mencatatkan pendapatan sebesar Rp5,76 triliun atau turun 2,53 persen dibanding akhir September 2019, yang tercatat sebesar Rp5,91 triliun.
Adapun beban pendapatan tercatat sebesar Rp5,14 triliun atau turun 3,38 persen dibanding akhir kuartal III 2019 sebesar Rp5,32 triliun.
Sehingga laba kotor tercatat sebesar Rp614,48 miliar atau tumbuh 3,19 persen dibanding akhir September 2019 sebesar Rp595,34 miliar.
Direktur Utama ELSA, Ali Mundakir menjelaskan, triple shock yang dihadapi perseroan saat ini berimbas pada perubahan skala prioritas beberapa pekerjaan jasa hulu migas, marjin profitabilitas yang kompetitif pada jasa EPCOM, serta fluktuasi kurs Rupiah yang cukup dinamis.
“Fluktuasi harga minyak dunia yang berimbas pada berkurangnya geliat aktivitas migas, pandemi Covid-19 yang menyebabkan penurunan konsumsi BBM nasional serta fluktuasi nilai tukar Rupiah yang dinamis, merupakan tiga faktor eksternal yang membayangi industri energi dan migas saat ini,” jelas dia dalam siaran pers, Senin (30/11/2020).
Pada jasa hulu migas, beberapa proyek besar yang mendukung pertumbuhan, antara lain; rampungnya pekerjaan survei seismik 2D Komitmen Kerja Pasti Jambi Merang, serta peningkatan produktivitas hydraulic workover unit & electric wireline logging.
Pada segmen jasa distribusi dan logistik energi, jasa transportasi BBM dan trading BBM Inmar mendapatkan sedikit tekanan. Namun pertumbuhan penjualan chemical & lubricant membuat segmen ini tetap stabil.
Sementara itu, jasa penunjang menunjukkan performa baiknya. Jasa pendukung marine serta fabrikasi peralatan migas berhasil tumbuh signifikan.
Ali menambahkan, bahwa kinerja ELSA akan semakin baik ke depannya. Optimisme ini tentu saja dilandasi pada kondisi faktual bahwa konsumsi energi dalam negeri masih lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan produksi nasional.
Dengan demikian, semua aktivitas untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi migas nasional akan terus meningkat.
Kondisi tersebut tentu saja menjadi peluang yang bisa diraih. Apalagi, berbagai rencana telah ditargetkan pemerintah dalam peningkatan produksi minyak mentah nasional hingga 1 juta barel, penemuan cadangan migas baru, distribusi BBM ke wilayah terdepan, terluar dan tertinggal, hingga peningkatan bauran energi nasional.
Selain itu, peluang ini akan semakin besar seiring dengan adaptasi kebiasaan baru, progres penemuan vaksin Covid-19, serta perbaikan stabilitas makroekonomi.
Sementara itu, ELSA telah mengalokasikan belanja modal sebesar Rp1 triliun di awal tahun. Namun karena adanya triple shock, alokasi tersebut perlu disesuaikan menjadi Rp800 miliar untuk berbagai investasi peralatan migas yang mendukung pertumbuhan, investasi infrastruktur hilir, serta perawatan peralatan secara berkala.
Hingga akhir 2020, diestimasikan 70% dari anggaran belanja modal tersebut akan terealisasi.
"Berbagai peluang yang ada ke depan, merupakan kesempatan pertumbuhan bisnis bagi Elnusa. Dengan diversifikasi portofolio, kompetensi, pengalaman panjang serta investasi yang mendukung pertumbuhan, tentunya Elnusa memiliki kesempatan yang lebih baik dalam menangkap berbagai peluang tersebut," pungkas Ali.

