Volume SUN Diperdagangan Kamis Kemarin Senilai Rp24,08 Triliun dari 44 Seri

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian fixed income MNC Securities yang dirilis Jumat (26/4/2019) menyebutkan, volume perdagangan Surat Utang Negara (SUN) yang dilaporkan pada perdagangan kemarin (25/4) mengalami kenaikan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp24,08 triliun dari 44 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan.

Obligasi Negara dengan seri FR0077 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp5,34 triliun dari 52 kali transaksi yang diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0079 senilai Rp3,01 triliun dari 131 kali transaksi kemudian diikuti dengan perdagangan Obligasi Negara FR0078 sebesar Rp1,94 triliun dari 76 kali transaksi.

Adapun dari perdagangan Sukuk Negara, Project Based Sukuk dengan seri PBS013 mengalami volume terbesar senilai Rp1,60 triliun dari 8 kali transaksi dan diikuti oleh volume Project Based Sukuk seri PBS019 dan PBS014 masing-masing sebesar Rp990,00 miliar dari 5 kali transaksi dan Rp422,67 miliar dari 4 kali perdagangan.

Sementara itu, dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan lebih besar daripada volume perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp1,37 triliun dari 51 seri obligasi korporasi yang ditransaksikan.

Obligasi Berkelanjutan III Waskita Karya Tahap III Tahun 2018 (WSKT03ACN3) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp207,00 miliar dari 12 kali transaksi dan diikuti oleh Obligasi Berkelanjutan I Sarana Multi Infrastruktur Tahap I Tahun 2016 Seri A (SMII01ACN1) senilai Rp200,00 miliar dari 1 kali transaksi.

Sedangkan volume untuk Obligasi Berkelanjutan IV Adira Finance Tahap V Tahun 2019 Seri A (ADMF04ACN5) sebesar Rp171,00 miliar dari 3 kali perdagangan dan Obligasi Berkelanjutan I Sinar Mas Multifinance Tahap II Tahun 2019 Seri B (SMMF01BCN2) sebesar Rp100,00 miliar dari 3 kali transaksi.

Sementara itu, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan kemarin melemah sebesar 83 pts (0,59%) di level 14187,00 per Dollar Amerika dimana pelemahan nilai tukar Rupiah terjadi sepanjang sesi perdagangan yang bergerak pada kisaran 14128,00 hingga 14188,00 per Dollar Amerika.

Nilai tukar mata uang Rupiah tersebut mengalami pelemahan ditengah pelemahan sebagian besar mata uang regional.

Adapun yang memimpin penguatan pada mata uang regional didapati pada mata uang Yen Jepang (JPY) sebesar 0,29% dan diikuti oleh mata uang Peso Filipina (PHP) sebesar 0,17%.

Sedangkan untuk mata uang regional yang mengalami pelemahan mata uang tertinggi didapati pada mata uang Won Korea Selatan (KRW) sebesar 0,84% yang diikuti pelemahan mata uang Rupiah Indonesia (IDR) sebesar 0,59% dan Rupee India (INR) sebesar 0,56%.

Sementara itu, mata uang Renminbi China (CNY), Baht Thailand (THB), dan Dollar Singapura (SGD) masing-masing mengalami pelemahan sebesar 0,35%; 0,34%; dan 0,23% terhadap Dollar Amerika.

Disisi lain, tingkat imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun mengalami penurunan yang terbatas sehingga masing—masing berada pada level 2,529% dan 2,941%.

Namun, penurunan imbal hasil US Treasury tersebut berbeda dengan yang terjadi pada saham utama Amerika, dimana untuk indeks NASDAQ mengalami kenaikan sebesar 21 bps di level 8118,68 dan sedangkan untuk indeks DJIA mengalami penurunan sebesar 51 bps di level 26462,08.

Adapun untuk pasar obligasi Inggris (Gilt) bertenor 10 tahun mengalami penurunan imbal hasil sehingga berada pada level 1,154% dan surat utang Jerman (Bund) dengan tenor yang sama didapati penurunan imbal hasil di level –0,012%.