ANALIS MARKET (13/3/2019) : IHSG Diprediksi Bergerak Mixed dengan Kecenderungan Melemah Terbatas

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset harian OSO Securities menyebutkan, pada perdagangan kemarin (12/03), indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup melemah sebesar 0.20% ke level 6,353.77.

Secara teknikal analis, IHSG ditutup candle bearish dengan indikator Stochastic mendekati area oversold dan MACD histogram bergerak negatif dengan volume meningkat tipis.

Tujuh dari sepuluh indeks sektoral berakhir dalam teritori negatif, dimana sektor Industri Dasar dan Perdagangan memimpin pelemahan masing-masing sebesar 1.13% dan 0.86%.

Adapun saham yang menjadi pemberat indeks diantaranya: BMRI. INKP, BBRI, UNTR, dan TLKM. 
Sementara itu pelaku pasar asing membukukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 674 miliar. Sedangkan nilai tukar rupiah terapresiasi sebesar 0.33% ke level 14.267. 

Sementara itu, indeks kinerja ekuitas dunia semua negara MSCI di 47 negara naik 0,49% seiring pelemahan dolar pada hari Selasa (12/3).

Hal tersebut terjadi pasca rilisnya data inflasi AS yang sesuai perkiraan dan cenderung lembut memperkuat harapan bahwa Federal Reserve tidak akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat. 

“Menyikapi beragam kondisi tersebut diatas, pada perdagangan hari Rabu ini, kami perkirakan IHSG bergerak mixed dengan kecenderungan melemah terbatas, dengan pergerakan di kisaran 6,316-6,404,” jelas analis OSO Securities dalam riset yang dirilis Rabu (13/3/2019).

Adapun sentimen positif yang diperkirakan mampu menahan pelemahan indeks salah satunya berasal dari rilisnya data inflasi AS bulan Februari. Data tersebut tercatat 1.5%yoy turun dari sebelumnya yang sebesar 1.6%yoy. Data Inflasi yang lebih rendah memperkuat optimisme pasar bahwa Federal Reserve tidak akan menaikkan suku bunganya dalam waktu dekat. Meski demikian kami perkirakan inflasi akan tumbuh secara bertahap dan perlu diwaspadai. 

Adapun sentimen negatif yang diperkirakan memberatkan indeks, yakni Parlemen Inggris pada Selasa (12/3) malam menolak kesepakatan Perdana Menteri Theresa May untuk keluar dari UE untuk kedua kalinya. Ketidakpastian tersebut memperdalam krisis politik negara tersebut.