Laba Bersih ACST 2018 Anjlok 88,13% Menjadi Rp18,3 Miliar

foto: doc Acset

Pasardana.id - Meski pendapatan naik dari Rp3 triliun menjadi Rp3,7 triliun, PT Acset Indonusa Tbk (ACST) harus mengalami penurunan laba bersih hingga 88,13%.

Per akhir 2018, laba bersih Acset hanya mencapai Rp18,3 miliar dari periode akhir 2017 yang tercatat sebesar Rp154,2 miliar.

Corporate Secretary & Investor Relations Acset, Maria Cesilia Hapsari menuturkan, penurunan laba bersih perseroan dikarenakan beberapa perubahan yang terjadi pada proyek berjalan.

“Yang berakibat pada pengakuan kenaikan biaya konstruksi dan biaya keuangan terkait penyelesaian proyek berjalan,” tulis Maria, Rabu (26/2/2019).

Lebih lanjut, Acset mengungkapkan strategi-strategi yang telah dan masih akan diterapkan dalam periode 2018-2019. Seperti selektif atas pemilihan proyek-proyek strategis yang dapat membawa nilai tambah bagi kemampuan dan pemangku kepentingan perusahaan.

Di sisi lain, perseroan juga mengucapkan apresiasinya terhadap para pemegang saham yang senantiasa mempercayai Perusahaan atas segala strategi-strategi usaha yang telah dikerahkan untuk terus meningkatkan performanya.

Sepanjang tahun 2018, Acset berperilaku selektif dalam partisipasinya di proses tender proyek. Hal ini dilandasi dengan adanya prinsip Know Your Counterparts (KYC) yang diterapkan secara militan dalam setiap kerangka kerja perusahaan.

Selain itu, ada beberapa tender yang mengalami penundaan hingga tahun 2019, sehingga berdampak pada perolehan kontrak baru yang belum optimal.

Adapun pada tahun 2019 ini, Acset telah menetapkan target perolehan kontrak baru sebesar Rp15 triliun. Optimisme ini dilandasi oleh upaya perbaikan nyata yang tengah dilaksanakan Perusahaan dalam aspek finansial, operasional dan juga pengembangan sumber daya di internal.

Di samping itu, Acset percaya bahwa diversifikasi ke bidang soil improvement dan marine works juga dapat menstimulasi arus pendapatan baru, terlebih lagi dengan adanya kepemilikan atas Cement-Deep Mixing (CDM) Barge—ACSET Sea I—sejak awal 2018.

Kapal yang merupakan pertama dari jenisnya di Indonesia ini, diyakini memiliki kapabilitas yang kompatibel dan selaras dengan ekosistem pembangunan infrastruktur di tanah air, sehingga dapat membawa peluang yang baik bagi Perusahaan dalam waktu dekat.