Volume Perdagangan SBN Jumat Lalu Senilai Rp12,10 Triliun dari 41 Seri

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id – Riset MNC Sekuritas yang dirilis Senin (28/1/2019) menyebutkan, volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) diperdagangan Jumat (25/1) mengalami peningkatan dibandingkan dengan perdagangan di hari Kamis (24/1), dengan volume perdagangan senilai Rp12,10 triliun dari 41 seri Surat Berharga Negara yang dilaporkan, dengan volume terbesar didapati pada Obligasi Negara seri FR0068 senilai Rp2,409 triliun dari 31 kali transaksi di harga rata - rata 99,125% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0075 senilai Rp1,564 triliun dari 84 kali transaksi di harga rata - rata 92,25%.

Sementara itu, dari perdagangan Project Based Sukuk seri PBS016 didapati volume perdagangan terbesar senilai Rp220,00 miliar dari 1 kali transaksi di harga 98,73% dan diikuti oleh perdagangan Project Based Sukuk seri PBS013 senilai Rp161,50 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata - rata 99,88%.

Dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan lebih besar daripada volume perdagangan sebelumnya, senilai Rp840,61 miliar dari 35 seri surat utang korporasi yang diperdagangkan, dengan volume perdagangan terbesar didapati pada seri Sukuk Mudharabah Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry I Tahun 2018 Seri B (SMLPPI01B) senilai Rp224,00 miliar dari 2 kali transaksi dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan II Bank Maybank Indonesia Tahap III Tahun 2018 Seri A (BNII02ACN3) senilai Rp105,00 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 100,14%.

Selanjutnya untuk volume obligasi korporasi sebesar Rp90,00 miliar untuk 4 kali transaksi di harga rata-rata 111,10% didapati pada Obligasi PLN VIII Tahun 2006 Seri B (PPLN08B).

Sementara itu, nilai tukar Rupiah pada perdagangan hari Jumat, tanggal 25 Januari 2019 ditutup menguat sebesar 77,50 pts (0,55%) di level 14092,50 per Dollar Amerika setelah bergerak dengan mengalami penguatan di sepanjang sesi perdagangan pada kisaran antara 14092,50 hingga 14167,50 per Dollar Amerika. Penguatan nilai tukar Rupiah pada perdagangan kemarin terjadi di tengah penguatan sebagian besar nilai tukar mata uang regional.

Mata uang Won Korea Selatan (KRW) dan mata uang Peso Filipina (PHP) merupakan mata uang yang mengalami penguatan tertinggi, masing—masing sebesar 0,66% dan 0,63% dan diiringi oleh penguatan mata uang Rupiah Indonesia sebesar 0,55%.

Selanjutnya, mata uang Ringgit Malaysia (MYR) mengalami penguatan mata uang regional sebesar 0,48% yang dilanjutkan dengan penguatan mata uang Yuan China (CNY) sebesar 0,35% terhadap mata uang Dollar Amerika.

Sedangkan arah pergerakan yang berlawanan terjadi pada pelemahan mata uang Rupee India (INR) dan Yen Jepang (JPY). Keduanya mengalami pelemahan nilai tukar terhadap mata uang regional masing-masing sebesar 0,17% dan 0,15%.

Sementara itu, Imbal hasil US Treasury bertenor 10 tahun ditutup dengan kondisi mengalami penguatan terbatas sebesar 4,6 bps berada pada level 2,758%, serta Imbal hasil US Treasury dengan tenor 30 tahun juga menguat di level 3,066%.

Hal ini seiring dengan kondisi pasar saham Amerika Serikat dimana indeks saham utamanya mengalami pergerakan yang positif.

Indeks DJIA menguat sebesar 75 bps di level 24737,20, sedangkan untuk indeks NASDAQ menguat sebesar 129 bps di level 7164,86.

Adapun untuk imbal hasil surat utang Inggris bertenor 10 tahun mengalami penguatan sehingga berada pada level 1,325%.

Sementara itu, untuk surat utang Jerman bertenor 10 tahun mengalami koreksi sehingga berada pada level 0,19%.