ANALIS : Pekan Kedua Pasar Saham Domestik Terlihat Cukup Positif

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Menjalani pekan kedua perdagangan di awal tahun 2019 (7 hingga 11 Januari 2019), pergerakan pasar saham domestik terlihat cukup positif.

Analis market Pasardana.id, Arief Budiman mengungkapkan, dalam periode tersebut, IHSG mengalami kenaikan 1,39 persen jika dibandingkan pekan sebelumnya dengan ditutup pada level 6.361,465.

“Secara sektoral, hampir seluruhnya berakhir di zona hijau pada pekan kemarin, kecuali hanya sektor konsumer dan perdagangan yang masing-masing melemah 0,65 persen dan 0,26 persen. Adapun tiga sektor yang mencatatkan kenaikan tertinggi pada pekan kemarin yaitu sektor infrastruktur (4,09 persen), disusul properti (2,91 persen), dan industri dasar (2,67 persen),” jelas Arief di Jakarta, Senin (14/1/2019).

Di sisi lain, lanjut Arief, investor asing terpantau banyak masuk ke pasar saham domestik dengan mencatatkan pembelian bersih (net buy) sepanjang pekan lalu senilai Rp2,98 triliun.

Alhasil, sepanjang dua pekan berjalannya perdagangan di tahun 2019, investor asing telah mencatatkan net buy senilai Rp4,04 triliun dengan tanpa ada sehari pun investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell).

Adapun saham-saham yang paling banyak diborong oleh investor asing sepekan kemarin antara lain:

Saham TLKM (Rp508,5 miliar)

Saham BMRI (Rp467,5 miliar)

Saham BBRI (Rp438,4 miliar)

Saham BBNI (Rp399,5 miliar)

Saham ASII (Rp241,6 miliar)

Lebih lanjut Arief mengungkapkan, performa yang dibukukan IHSG sepanjang pekan lalu memang terbilang cukup positif, namun jika dibandingkan dengan mayoritas bursa utama kawasan Asia, penguatan bursa saham Tanah Air relatif tertinggal.

Indeks Strait Times (Singapura) meroket 4,56 persen, indeks Nikkei (Jepang) melesat 4,08 persen, indeks Hang Seng (Hong Kong) melaju 4,06 persen, indeks Kospi (Korea) terapresiasi 3,25 persen, dan indeks Shanghai (China) menguat 1,55 persen.

Sentimen Positif

Arief menjelaskan, kinerja bursa saham benua kuning dimotori oleh sentimen positif yang berasal dari damai dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Pada tiga hari pertama pekan kemarin (7-9 Januari), AS dan China menggelar negosiasi dagang setingkat wakil kementerian di Beijing, China.

Pelaku pasar banyak yang cukup skeptis dalam menanggapi pertemuan tersebut, lantaran hanya setingkat wakil kementerian. Namun, seiring berjalannya pertemuan, ada perkembangan yang cukup mengejutkan.

Wakil Perdana Menteri China, Liu He yang merupakan tokoh penting dalam negosiasi dagang tampil dalam negosiasi hari pertama. Dari sini, optimisme pelaku pasar muncul bahwa akan ada gebrakan yang signifikan dari pertemuan tersebut.

Setelah pertemuan selesai digelar, US Trade Representatives (USTR) mengatakan bahwa China berkomitmen untuk membeli lebih banyak produk asal Negeri Adidaya, mulai dari produk pertanian, energi, hingga manufaktur.

Sementara di sisi lain, Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa negosiasi dagang dengan AS berlangsung ekstensif dan dalam, menghasilkan fondasi untuk menyelesaikan permasalahan yang dimiliki kedua negara dengan ekonomi terbesar di bumi tersebut.

Kemudian, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, Gao Feng mengatakan, bahwa ada perkembangan yang dicapai terkait dengan isu-isu struktural seperti pemaksaan transfer teknologi dan perlindungan kekayaan intelektual.

Pemaksaan transfer teknologi dan perlindungan kekayaan intelektual merupakan permasalahan yang sangat sulit untuk diselesaikan sejauh ini. Lantas, pernyataan dari Gao Feng berhasil menenangkan pelaku pasar.

Hal yang lebih menggembirakan lagi, Liu He dikabarkan akan “main” ke Washington untuk bertemu dengan Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer yang juga merupakan tokoh kunci dalam negosiasi dagang, seperti dilansir dari Reuters.

Sentimen Negatif

Lebih lanjut Arief juga menyebutkan, penguatan IHSG yang relatif terbatas sepanjang pekan lalu, dikarenakan sektor konsumer (-0,65 persen) menjadi pemberat yang sedikit menahan laju kenaikan IHSG.

Padahal sebenarnya ada sentimen positif bagi saham-saham konsumer berupa rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).

Pada hari Senin (07/12/2019), Bank Indonesia (BI) mengumumkan IKK periode Desember 2018 di level 127, meningkat dari capaian bulan sebelumnya yang sebesar 122,7. Posisi IKK bulan Desember menjadi yang tertinggi sejak Agustus 2018.

Saham-saham konsumer dilepas pelaku pasar lantaran tingginya angka IKK tidak diimbangi dengan semakin tinggi masyarakat Indonesia dalam melakukan konsumsi.

Pada bulan Desember, porsi dari konsumsi terhadap total pengeluaran hanya sebesar 67,2 persen, turun dari posisi November yang sebesar 68,2 persen.

Kemudian porsi untuk cicilan pinjaman juga turun menjadi 12,3 persen, dari yang sebelumnya 12,8 persen.

Sebaliknya, porsi yang digunakan untuk tabungan naik menjadi 20,4 persen, dari yang sebelumnya 19 persen.

Ada kemungkinan, masyarakat menahan konsumsinya seiring dengan ketidakpastian yang masih cukup tinggi sampai dengan akhir tahun 2019.