Volume SUN Diperdagangan Selasa Kemarin Senilai Rp17,38 Triliun dari 40 Seri
Pasardana.id - Volume perdagangan Surat Berharga Negara (SUN) yang dilaporkan pada perdagangan kemarin (04/9) tercatat senilai Rp17,38 triliun dari 40 seri Surat Berharga Negara yang diperdagangkan, dengan volume perdagangan seri acuan tercatat senilai Rp6,17 triliun.
Menurut analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra, Obligasi Negara seri FR0063 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp2,67 triliun dari 47 kali transaksi di harga rata - rata 90,30% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Pemerintah seri VR0031 senilai Rp1,98 triliun dari 10 kali transaksi di harga rata - rata 100,00%.
Sementara itu, Project Based Sukuk seri PBS016, menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp372,87 miliar dari 21 kali transaksi di harga rata - rata 97,66% dan diikuti oleh perdagangan PBS013 senilai Rp136 miliar dari 9 kali transaksi di harga rata - rata 99,31%.
Dari perdagangan obligasi korporasi, sebanyak 37 seri obligasi korporasi diperdagangkan dengan volume perdagangan mencapai Rp620,71 miliar.
Obligasi Berkelanjutan Indonesia Eximbank IV Tahap I Tahun 2018 Seri A (BEXI04ACN1) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp130 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 98,18% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Berkelanjutan I Sinar Mas Multifinance Tahap I Tahun 2018 Seri B (SMMF01BCN1) senilai Rp100 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata - rata 100,01%.
Sementara itu, nilai tukar rupiah pada perdagangan kemarin (04/9), ditutup pada level 14935,00 per Dollar Amerika, atau mengalami pelemahan sebesar 120 pts (0,81%) dibandingkan dengan posisi penutupan sebelumnya.
Bergerak dengan mengalami pelemahan sejak awal sesi perdagangan, pergerakan nilai tukar rupiah terus melanjutkan pelemahan hingga berakhirnya sesi perdagangan dengan diperdagangkan pada kisaran 14780,00 hingga 14938,00 per Dollar Amerika.
“Pelemahan yang terjadi kemarin telah mendorong nilai tukar rupiah mengalami depresiasi sebesar 10,18% di tahun 2018,” ujar I Made kepada Pasardana.id, di Jakarta, Rabu 905/9/2018).
Adapun mata uang regional pada perdagangan kemarin (04/9), juga terlihat mengalami pelemahan terhadap Dollar Amerika. Dipimpin oleh pelemahan nilai tukar Rupiah, mata uang Won Korea Selatan (KRW) mengalami pelemahan sebesar 0,42% dan diikuti oleh mata uang Rupee India (INR) sebesar 0,37%.
Menurut I Made, pelemahan mata uang regional tersebut tidak lepas dari dampak perang dagang antara Amerika Serikat dengan China dan Kanada.
Selain itu, pelemahan mata uang dari negara - negara berkembang yang dipimpin oleh pelemahan mata uang Peso Argentina (ARS) dan Lira Turki (LRY) juga turut berdampak terhadap mata uang regional, terlebih dengan kebijakan moneter ketat yang diberlakukan oleh Bank Sentral Amerika mendorong investor global untuk melakukan penjualan aset dari negara dengan kondisi ekonomi yang kurang baik.
Lebih lanjut diungkapkan, dari perdagangan surat utang global, pergerakan imbal hasilnya juga terlihat mengalami kenaikan setelah kembali dibukanya pasar keuangan Amerika Serikat.
Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup naik di level 2,90% sementara itu untuk tenor 30 tahun ditutup pada level 3,066%.
Sementara itu, imbal hasil dari surat utang Jerman (Bund) juga ditutup dengan kenaikan di level 0,355% begitu pula imbal hasil dari surat utang Inggris (Gilt) yang ditutup naik di level 1,431%.
Imbal hasil surat utang Jepang pada perdagangan kemarin melanjutkan tren kenaikannya, ditutup pada level 0,116%.

