Pelemahan Rupiah Jadi Faktor Pendorong Kenaikan Imbal Hasil SUN pada Perdagangan Jumat Lalu

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika menjadi faktor pendorong kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) pada perdagangan di akhir pekan (31/8) lalu, yang sekaligus menutup perdagangan di bulan Agustus 2018.

Nilai tukar rupiah pada perdagangan di akhir pekan yang juga sekaligus menutup perdagangan di akhir bulan Agustus 2018 tersebut, ditutup melemah sebesar 40,00 pts (0,27%) di level 14730,00 per Dollar Amerika. Bergerak melemah sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14703,00 hingga 14750,00 per Dollar Amerika, nilai tukar rupiah menjadi salah satu mata uang regional yang mengalami pelemahan cukup besar di akhir pekan kemarin.

Analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, pada perdagangan di hari Jum'at, 31 Agustus 2018 lalu, imbal hasil Surat Utang Negara rata - rata mengalami kenaikan sebesar 13,6 bps dengan kenaikan imbal hasil yang berkisar antara 1 - 22 bps yang terjadi pada hempir keseluruhan seri Surat Utang Negara.

“Kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara pada perdagangan di akhir pekan tersebut didorong oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika yang cukup besar dan merupakan posisi terendahnya dalam sepuluh tahun terakhir. Kekhawatiran investor terhadap pelemahan mata uang rupiah tersebut, mendorong investor melakukan penjualan Surat Utang Negara di pasar sekunder yang tercermin pada meningkatnya volume perdagangan di akhir pekan,” terang I Made kepada Pasardana.id, di Jakarta, Senin (03/9/2018).

Ditambahkan, kenaikan imbal hasil juga didapati pada Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika.

Pada perdagangan di akhir pekan kemarin, jelas I Made, kenaikan imbal hasil terjadi pada keseluruhan seri Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika dimana kenaikan imbal hasil yang cukup besar didapati pada surat utang bertenor panjang.

Imbal hasil dari INDO23 mengalami kenaikan sebesar 1 bps di level 3,911% setelah mengalami koreksi harga terbatas sebesar 5 bps. Adapun imbal hasil dari INDO28 mengalami kenaikan sebesar 3 bps di level 4,324% setelah mengalami penurunan harga hingga sebesar 24 bps. Sementara itu, imbal hasil dari INDO43 mengalami kenaikan sebesar 4,5 bps sdi level 4,870% setelah adanya koreksi harga sebesar 63 bps.

Sementara dari perdagangan surat utang global, imbal hasil surat utang global cenderung mengalami penurunan ditengah investor global yang mencermati perkembangan terakhir dari ketegangan perang dagang, dimana pemerintah Amerika Serikat akan mengenakan tarif import terhadap produk dari China senilai US$200 miliar yang akan berlaku dalam waktu dekat.

Kondisi tersebut menyebabkan investor khawatir akan dampaknya terhadap pasar keuangan global, sehingga mendorong mereka untuk melakukan pembelian terhadap aset investasi yang lebih aman (safe haven assets). Imbal hasil dari US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup turun pada level 2,844% dan untuk tenor 30 tahun ditutup turun pada level 2,994%.

Hal yang sama juga didapati pada imbal hasil surat utang Jerman (Bund) yang mengalami penurunan di level 0,33% dan surat utang Inggris (Gilt) di level 1,43% masing - masing untuk tenor 10 tahun.

“Dengan adanya koreksi harga yang terjadi pada perdagangan di akhir pekan kemarin, maka secara teknikal, sinyal koreksi harga telah terbentuk untuk Surat Utang Negara dengan berbagai tenor. Hal tersebut kami perkirakan dalam jangka pendek masih akan mempengaruhi pergerakan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder seiring dengan pola pelemahan nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika yang telah terbentuk. Pelemahan mata uang rupiah terhadap Dollar Amerika berpengaruh cukup signifikan terhadap pelemahan harga Surat Utang Negara di pasar sekunder seiring dengan cukup besarnya kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara,” tandas I Made.