Berlanjutnya Pelemahan Rupiah Dorong Kenaikan Imbal Hasil SUN Diperdagangan Selasa Kemarin
Pasardana.id - Imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) pada perdagangan hari Selasa, 25 September kemarin, bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan, yang didorong oleh faktor berlanjutnya pelemahan terhadap nilai tukar Rupiah.
Bergerak pada kisaran 14875,00 hingga 14917,50 per Dollar Amerika, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada perdagangan kemarin (25/9), kembali ditutup dengan mengalami pelemahan, sebesar 51,50% (0,35%) di level 14917,50 per Dollar Amerika.
Dalam laporan riset yang dirilis Rabu (26/9/2018), analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 hingga 8 bps dengan rata - rata mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 3 bps.
Imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek terlihat mengalami perubahan berkisar natara 1 - 4 bps dengan didorong oleh adanya perubahan harga hingga sebesar 10 bps.
Sementara itu, imbal hasil dari tenor menengah terlihat mengalami kenaikan yang berkisar antara 3 hingga 7 bps yang didorong oleh adanya penurunan harga yang berkisar antara 20 hingga 25 bps. Sedangkan untuk tenor panjang, perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1 hingga 8 bps dengan adanya perubahan harga hingga sebesar 75 bps.
“Pergerakan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara yang cenderung mengalami kenaikan pada perdagangan kemarin didorong oleh faktor kembali melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika seiring dengan penguatan nilai tukar Dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia jelang pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur Sentral Amerika (FOMC Meeting),” jelas I Made.
Selain itu, lanjutnya, kenaikan imbal hasil juga di dipengaruhi pergerakan imbal hasil surat utang global yang cenderung mengalami kenaikan merespon pernyataan Gubernur Bank Sentral Eropa yang menyatakan adanya potensi kenaikan laju inflasi di kawasan Uni Eropa.
Namun demikian, hasil positif dari pelaksanaan lelang penjualan Surat Utang Negara yang diadakan oleh pemerintah mampu menahan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara agar tidak mengalami kenaikan yang lebih besar.
Pada lelang tersebut, pemerintah meraup dana senilai Rp20 triliun dengan total penawaran yang masuk mencapai Rp51,53 triliun, mengalami peningkatan dari penawaran lelang sebelumnya yang sebesar Rp36,88 triliun. Pada lelang kemarin (25/9), pemerintah juga menerbitkan Obligasi Negara seri baru, yaitu FR0077 dan FR0078 yang akan menjadi seri acuan di tahun 2019.
Secara keseluruhan, jelas I Made, perubahan tingkat imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan yang terjadi pada perdagangan kemarin adalah adanya kenaikan sebesar 7 bps untuk seri acuan dengan tenor 5 tahun di level 8,174% dan kenaikan sebesar 4 bps untuk tenor 10 tahun di level 8,199%.
Adapun untuk seri acuan dengan tenor 20 tahu tingkat imbal hasilnya mengalami kenaikan sebesar 2 bps 2 bps di level 8,639%. Sedangkan untuk tenor 15 tahun, imbal hasilnya justru mengalami penurunan sebesar 2 bps di level 8,368%.
Sementara itu, imbal hasil dari Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika pada perdagangan kemarin bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan meskipun perubahan yang terjadi relatif terbatas di tengah kenaikan imbal hasil US Treasury.
Imbal hasil dari INDO43 mengalami kenaikan sebesar 1 bps di level 5,075% setelah mengalami koreksi harga terbatas, yaitu sebesar 10 bps. Adapun tingkat imbal hasil dari INDO23 dan INDO28 realtif tidak banyak mengalami perubahan dibandingkan dengan level penutupan sebelumnya, masing - masing di level 4,102% dan 4,472%.

