Harga SUN Diperdagangan Senin Kemarin Bervariasi Ditengah Menguatnya Dolar AS dan Laporan Defisit Neraca Perdagangan Indonesia

foto : ilustrasi (ist)

Pasardana.id - Pergerakan harga Surat Utang Negara (SUN) pada perdagangan hari Senin, 17 September 2018 kemarin bergerak bervariasi, di tengah menguatnya mata uang Dollar Amerika serta defisit neraca perdagangan bulan Agustus 2018.

Analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, pada perdagangan kemarin (17/9), arah perubahan harga cukup bervariasi dimana pada tenor pendek pergerakan harga cenderung mengalami penurunan, sementara itu untuk tenor menengah justru terlihat mengalami kenaikan.

Penurunan harga hingga sebesar 10 bps pada Surat Utang Negara bertenor pendek telah mendorong terjadinya kenaikan imbal hasil yang berkisar antara 1 - 5 bps.

Sementara itu, adanya kenaikan harga pada Surat Utang Negara dengan tenor menengah yang berkisar antara 10 - 35 bps telah mendorong terjadinya penurunan imabl hasil yang berkisar antara 2 - 7 bps.

Adapun pada tenor panjang, arah pergerakan harga yang terjadi cukup bervariasi dengan perubahan harga yang berkisar antara 5 - 70 bps sehingga mendorong terjadinya perubahan tingkat imbal hasil sebesar 1 - 7 bps.

“Pergerakan harga Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin dipengaruhi oleh kembali menguatnya mata uang Dollar Amerika terhadap mata uang regional, termasuk terhadap mata uang Rupiah. Kondisi tersebut kembali mendorong kekhawatiran investor terhadap pasar Surat Utang Negara, terlebih data neraca perdagangan di bulan Agustus 2018 kembali mengalami deficit,” jelas I Made kepada Pasardana.id, di Jakarta, Selasa (18/9/2018).

Asal tahu saja, Badan Pusat Statistik menyampaikan bahwa nilai ekspor di bulan Agustus 2018 sebesar US$15,82 miliar dengan nilai impor senilai US$16,83 miliar sehingga neraca perdagangan di bulan Agustus 2018 mengalami defisit sebesar US$1,02 miliar. Angka defisit tersebut melebihi estimasi analis yang memperkirakan tejadinya defisit sebesar US$674 juta. Dengan angka defisit tersebut maka sepanjang tahun 2018, neraca perdagangan Indonesia mencatatkan defisit sebesar US$4,08 miliar.

Ditambahkan, adanya defisit neraca perdagangan tersebut turut berdampak terhadap penurunan angka cadangan devisa, dimana pada saat yang sama penurunan cadangan devisa juga dipengaruhi oleh keluarnya aliran modal investor asing di pasar keuangan Indonesia, serta ditengah upaya intervensi Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah.

Sementara itu, imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan pada perdagangan kemarin relatif bergerak terbatas dengan perubahan yang terjadi hingga sebesar 1 bps.

Imbal hasil dari seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 10 tahun masing - masing mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 1 bps di level 8,278% dan 8,374%.

Adapun imbal hasil dari seri acuan dengan tenor 15 tahun dan 20 tahun tidak banyak mengalami perubahan, dengan tingkat imbal hasilnya masing - masing sebesar 8,623% dan 8,929%.

Sedangkan dari perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, perubahan tingkat imbal hasilnya mengalami kenaikan yang terjadi pada keseluruhan  tenor seiring dengan kenaikan imbal hasil dari US Treasury.

Imbal hasil dari INDO23 dan INDO43 mengalami kenaikan sebesar 3 bps masing - maisng di level 4,095% dan 5,084% setelah mengalami koreksi harga sebesar 10 bps dan 45 bps.

Adapun imbal hasil dari INDO28 mengalami kenaikan sebesar 4 bps di level 4,508% setelah mengalami koreksi harga sebesar 30 bps.