Penguatan Rupiah Dukung Kenaikan Harga SUN Diperdagangan Jumat Lalu
Pasardana.id - Penguatan nilai tukar Rupiah mendukung kenaikan harga Surat Utang Negara (SUN) pada perdagangan di hari Jum'at, 14 September 2018 lalu.
Nilai tukar rupiah ditutup menguat sebesar 33,50 pts (0,23%) di level 14806,50 per Dollar Amerika setelah bergerak menguat sepanjang sesi perdagangan pada kisaran 14777,50 hingga 14844,00 per Dollar Amerika. Penguatan nilai tukar rupiah tersebut, seiring dengan penguatan mata uang regional terhadap Dollar Amerika, ditengah melemahnya mata uang Dollar Amerika terhadap mata uang global.
Analis fixed income MNC Securities, I Made Adi Saputra mengungkapkan, kenaikan harga yang terjadi pada hampir keseluruhan tenor Surat Utang Negara tersebut, mendorong terjadinya penurunan imbal hasil yang berkisar antara 1 - 12 bps dengan rata - rata mengalami penurunan sebesar 6 bps.
Lebih rinci diungkapkan, imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor pendek mengalami penurunan hingga sebesar 10 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 25 bps.
Adapun imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah terlihat mengalami penurunan yang berkisar antara 6 - 11 bps dengan didorong oleh adanya kenaikan harga hingga sebesar 40 bps.
Sementara itu, imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor panjang terlihat mengalami penurunan hingga sebesar 12 bps yang didorong oelah adanya kenaikan harga hingga sebesar 90 bps.
“Kenaikan harga yang terjadi pada perdagangan di akhir pekan kemarin didukung oleh penguatan nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika seiring dengan melemahnya mata unag Dollar Amerika terhadap mata uang regional. Selain itu, kenaikan harga juga didukung oleh aksi beli oleh investor yang memanfaatkan momentum harga Surat Utang Negara yang berada pada area jenuh jual (oversold),” terang I Made kepada Pasardana.id, di Jakarta, Senin (17/9/2018).
Hanya saja, lanjutnya, kenaikan harga Surat Utang Negara kambali tidak didukung oleh volume perdagangan yang tidak begitu besar, mencerminkan kondisi bahwa investor masih berhati - hati dalam melakukan transaksi.
“Investor masih menantikan data ekonomi Amerika dimana pada hari Jum'at waktu setempat akan disampaikan data laju inflasi untuk periode Agustus 2018. Data tersebut diperkirakan akan mempengaruhi pergerakan imbal hasil dari US Treasury yang sejak bulan September 2018 menunjukkan tren kenaikan,” jelas I Made.
Secara keseluruhan, jelas dia, kenaikan harga yang terjadi pada perdagangan di akhir pekan kemarin telah mendorong terjadinya penurunan imbal hasil Surat Utang Negara seri acuan dengan tenor 5 tahun dan 10 tahun masing - masing sebesar 11 bps di level 8,265% dan 8,363%.
Adapun imbal hasil seri acuan dengan tenor 20 tahun terlihat mengalami penurunan sebesar 10 bps di level 8,934% dan untuk tenor 15 tahun mengalami penurunan sebesar 8 bps di level 8,616%.
"Sepanjang pekan kemarin, imbal hasil Surat Utang Negara rata - rata mengalami penurunan sebesar 3 bps seiring dengan meredanya tekanan terhadap nilai tukar Rupiah dan aksi beli oleh investor," ujar I Made.
Sementara itu, tren kenaikan harga juga didapati pada perdagangan Surat Utang Negara dengan denominasi mata uang Dollar Amerika, dimana kenaikan harga didapati pada hampir keseluruhan seri.
Kenaikan harga yang terjadi hingga sebesar 125 bps mendorong terjadinya penurunan imbal hasil yang berkisar antara 1 - 8 bps. Harga dari INDO23 mengalami kenaikan sebesar 20 bps sehingga mendorong terjadinya penurunan imbal hasil sebesar 5 bps di level 4,065%.
Sementara itu, harga dari INDO28 mengalami kenaikan sebesar 40 bps sehingga mendorong penurunan imbal hasilnya sebesar 5 bps di level 4,468% dan harga dari INDO43 mengalami kenaikan sebesar 80 bps dengan tingkat imbal hasilnya mengalami penurunan sebesar 6 bps berada pada level 5,05%.

