Pasar Obligasi Masih Akan Melaju Kencang

foto : ilustrasi (Ist)

Pasardana.id - Perdagangan obligasi hari ini, Rabu (8/6/2016) diperkirakan masih melanjutkan penguatan Selasa kemarin. Menguatnya rupiah menjadi sentimen penguatan harga surat utang negara (SUN).

"Pagi ini pasar obligasi dibuka sama dengan penutupan kemarin sore dengan potensi menguat. Penguatan terjadi akibat mulai mengecilnya kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga," jelas Kepala Divisi Pendapatan Tetap PT Indomitra Securities, Maximilianus Nicodemus, kepada Pasardana.id, Rabu (8/6/2016).

Pagi ini indeks pasar obligasi akan menghijau dengan dukungan dari menguatnya nilai Rupiah yang dibuka di 13.245. Rupiah akan memberikan sentiment positif terhadap penguatan harga obligasi didorong oleh tembusnya harga minyak WTI di 50.41.

"Pasar obligasi masih dalam rekomendasi naik, sepanjang minggu ini. Oleh sebab itu, bagi pemilik posisi sudah bisa menjual dan masuk secara bertahap," jelasnya.

Imbal hasil obligasi Zona Amerika pada perdagangan Selasa kemarin ditutup bervariasi di dominasi oleh penurunan imbal hasil.

Kenaikkan imbal hasil terbesar ada di Brazil dan penurunan imbal hasil terbesar ada di Mexico. Imbal hasil UST di tutup naik di 1.85. Dollar index di tutup turun di bandingkan hari sebelumnya menjadi 93.78. Berbanding terbalik dengan Zona Amerika, untuk imbal hasil Wilayah Zona Eropa di tutup turun.

Wilayah Asia Pasifik juga di tutup bervariasi. Imbal hasil Obligasi 10y di tutup turun di 7.68 di bandingkan hari sebelumnya 7.79. Minyak Texas di tutup turun kemarin di harga 50.36 di bandingkan hari sebelumnya 49.69. Rupiah di tutup menguat di 13.268 di bandingkan hari sebelumnya 13.376.

Adapun berita obligasi domestik yang diperkirakan mempengaruhi sentimen di perdagangan, antara lain; Pemerintah memenangkan lelang SUN sebanyak Rp18 triliun dari penawaran yang masuk sebanyak Rp42 triliun.

Kemudian PT Waskita Karya Tbk siap menerbitkan obligasi senilai Rp2 triliun pada 10 June 2016 dengan kupon 9.25%.

Dari segi kebijakan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membuka porsi kepemilikan obligasi BUMN infastruktur bisa mencapai 50%. Namun OJK belum dapat memastikan angka tersebut adalah angka final.

Sementara dari global, antara lain ada berita China Foreign Reserves turun dari sebelumnya $3.219 miliar menjadi $3.191,7 miliar. Dari Jepang, angka Japan GDP Deflator YoY sama seperti sebelumnya di 0.9% dan Japan Trade Balance BoP Basis turun dari sebelumnya ¥927,2 miliar menjadi ¥697,1 miliar.


Dari AS, angka US Consumer Credit turun dari sebelumnya $28.384b menjadi $13.416b.