Pasar Akan Dibanjiri Rp82,5 Triliun Emisi Obligasi
Pasardana.id - Minat perusahaan menggalang dana melalui penerbitan surat utang akan lebih tinggi, setelah lembaga pemeringkat Moody’s Investor Service (Moody’s) meningkatkan peringkat surat utang Republik Indonesia dari Baa3 menjadi Baa2 dengan prospek positif.
Analis Pefindo, Hendro Utomo mengatakan, penerbitan emisi surat utang pada tahun ini akan lebih tinggi dibandingkan tahun 2017. Pasalnya, surat utang yang mengalami jatuh tempo pada tahun 2018 mencapai Rp60 triliun dan seperti biasa, utang jatuh tempo itu akan dilunasi dengan cara penerbitan surat utang atau refinancing.
“Apalagi, kemarin Moody’s telah meningkatkan peringkat Sovereign Credit Rating (SCR) Indonesia sehingga memberi peluang untuk mendapatkan tingkat bunga yang lebih baik,” kata dia.
Untuk diketahui, sampai Maret 2018, surat utang yang telah diterbitkan mencapai Rp38.67 triliun oleh 27 perusahaan nasional. Lebih rincinya, 11 perusahaan keuangan dengan nilai Rp16,6 triliun, empat bank senilai Rp9,4 triliun, dua perusahaan konstruksi senilai Rp3,55 triliun, tiga perusahaan bubur kertas senilai Rp3,3 triliun, satu perusahaan listrik senilai Rp3,23 triliun.
Sementara itu, lanjut Hendro, sampai tanggal 12 April 2018 Pefindo telah menerima mandat untuk melakukan pemeringkatan efek dari 55 perusahaan, dengan surat utang senilai Rp82,57 triliun.
“Jadi masih ada Rp82,5 triliun yang belum diterbitkan,” kata dia.
Uniknya, dari surat utang yang belum diterbitkan itu, dua perusahaan listrik unggul dari sisi nilai yang terbitkan atau senilai Rp24 triliun, disusul 14 perusahaan pembiayaan senilai 14,7 triliun dan tujuh bank senilai Rp10,33 triliun.
Minat penerbitan obligasi tergolong tinggi dari delapan perusahaan kertas yang berencana menerbitkan senilai Rp8 triliun, lima perusahaan konstruksi senilai Rp7,2 triliun, enam perusahaan perkebunan senilai Rp6,95 triliun, tiga perusahaan telekomunikasi senilai Rp3,75 triliun, satu perusahaan tambang senilai Rp1,379 triliun, dua perusahaan transportasi senilai Rp 1,3 triliun dan satu perusahaan pengemasan senilai Rp1 triliun.

